Audio Bumper

Saturday, July 28, 2018

OPINI: Bagaimana mencapai Eliminasi kusta dengan Langkah Monitoring sederhana?

Bisakah 2019 Kab. Tegal Eliminasi? apa indikator prosesnya? bagaimana cara mengontrolnya?

Sesuatu yang tidak bisa diukur, cenderung kita abaikan dan pada akhirnya lepas dari kontrol. Bagaimana sebuah program, keinginan, cita-cita, target, tujuan akan tercapai? baik jangka pendek maupun jangka panjang? tentunya butuh sebuah ilmu monitoring.




Sebenarnya ini ilmu mudah, sederhana, simple steps. Bahkan, sebenarnya segala pencapaian besarpun bisa berawal dari sebuah langkah sederhana ini. Layaknya orang yang ingin turun berat badannya, hanya perlu 3 langkah sederhana, (three Simple steps):

1. Sediakan timbangan berat badan
2. Kurangi makan 20% dari biasanya
3. Tambah gerak 20% dari biasanya.

Jika tidak ada timbangan, anda akan luput dari kontrol. Lalu dimanakah sebaiknya letak timbangan agar kita bisa terus mengukurnya? Sediakan saja antara kamar tidur Anda dengan kamar mandi. That's Simple step pertama. Banyak orang takut dengan timbangan karna tidak ingin mengetahui berat badannya, frustasi, stres karna sulitnya menurunkan berat badan. Namun itu naif, bagaimana mungkin tujuan diet akan tercapai jika tidak ada ukurannya?

Lalu, Bagaimana caranya mengurangi makan? apakah harus puasa setiap hari? apakah harus menggunakan suplemen tertentu yang membuat kita merasa kenyang? apa perlu pengurangan lemak dengan suplemen tertentu? 

Tidak!, kurangi makan secara rutin secara sadar Anda kurangi 20% saja dari biasanya. Yang tadinya makan sepiring penuh, kurangi seperlimanya, perbanyak minumnya, selesai. That's Simple step kedua! tidak perlu kita mengurangi makan dengan drastisnya, otak bawah sadar kita akan menuntut 'balas dendam' dengan makan banyak kembali nantinya.

Lalu, simple step ketiga adalah memperbanyak energi yang dikeluarkan, gerak, aktivitas ditambah 20% saja dari biasanya. Tidak perlu melakukan olahraga ekstra berat untuk dapat menurunkan berat badan. Cukup dengan memarkir kendaraan agak jauh dari tempat yang Anda tuju, cukup dengan jalan melalui tangga menggantikan lift di kantor Anda, itu cukup menambah aktivitas.

Dari one, two, three itu saja, dijamin langsing!, yang penting Anda fokus saja dulu sama tiga simple steps itu dulu.

Sama dengan target pribadi Anda yang lain, Anda ingin apa? Target kantor? program? Eliminasi kusta tahun 2019? Why not?

Monitoring ini sebuah ilmu yang sederhana, apa target Eliminasi kusta yang bisa diukur? yaitu prevalensi harus kurang dari 1, artinya jumlah pasien yang sedang berobat harus kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Jelas targetnya.

Lalu bagaimana caranya untuk mencapai itu? Jika tahun 2018 ini kita tidak menambah temuan pasien baru apakah bisa membantu? Ya, bisa, pasti 2019 eliminasi kusta tercapai, namun itu juga naif, karena tahun berikutnya 2020 dan seterusnya bisa terjadi akumulasi pasien yang seharusnya ditemukan sekarang, menggunung terlambat terdeteksi, yang berakibat, yaitu:
1. Dicabut kembali status eliminasi kusta 2019
2. Angka cacat tk. II akan naik karna terlambat terdeteksi
3. Angka kusta pada anak akan tinggi karna penderita dewasa sudah terlanjur menularkan ke anak
Tentunya bukan demikian yang ingin kita capai.

Apa yang harus dilakukan agar 2019 benar-benar eliminasi kusta? pada intinya menemukan pasien sebanyak banyaknya dan mengobati mereka sampai sembuh, maka otomatis prevalensi kita akan turun. It takes three simple steps diatas, ayo terapkan, yaitu:
1. Temukan penderita kusta baru
2. Obati penderita sampai tuntas
3. Monitor dan laporkan indikator prosesnya

Langkah pertama, temukan penderita baru. Bagaimana cara memonitornya? apa indikatornya? apa goalnya? Coba jawab dulu pertanyaan berikut ini:
1. Berapa target penemuan kusta di Puskesmas Anda tahun 2018 ini?
2. Sudah berapa pasien baru yang Anda temukan? kurangnya berapa? lalu, 
3. Per bulan harus menemukan berapa pasien baru?

Jika kita secara rutin melakukan monitoring ini, kita jelas sudah sampai dimana langkah kita untuk menuju impian yang kita inginkan yaitu prevalensi. Coba amati, lakukan tiap minggu sudah berapa pencapaian kita itu.  Jika minggu ini belum bertambah pasien baru, lakukan pemeriksaan kontak erat, siapa saja pasien yang belum dikunjungi? coba lihat pasien lama yang ditemukan 2012- 2015, atau siapa pasien baru yang belum dikunjungi? 

Kunjungi mereka, sediakan waktu 1 hari dalam sepekan untuk mengunjungi mereka. Lakukan.

Langkah kedua, Obati penderita sampai tuntas, lihat buku monitoring, adakah yang putus obat? adakah yang sdh masuk jadwal kontrol namun belum datang? jika ada, hubungi kontak person mereka. Tentunya Anda harus mempunyai kontak personnya. Jika tidak punya nomor Hp yang bisa dihubungi, apa yang akan Anda lakukan? surat? melalui bidan desa? pamong desa? Jika tidak datang, apa yang akan Anda lakukan? kunjungi rumahnya.

Lantas, siapa saja yang sudah mengambil obat? apakah anda selalu menulisnya dibuku monitoring? buku penderita? kartu berobat?
Siapa saja yang sudah selesai berobat? Sudahkah Anda catat status pengobatan terakhirnya di buku monitoring? RFT kah? Defaultkah? 
Siapa saja yang mengalami reaksi, apakah sudah anda beri pertolongan sesuai tatalaksana? apakah sudah anda catat di semua dokumen? 

Kesalahan dalam pencatatan ini akan berakibat naiknya angka prevalensi, beberapa kali kita temukan pasien sudah diobati namun karna tidak ditandai status pengobatan terakhirnya maka dianggap pasien tersebut masih berobat. Maka jangan heran jika angka prevalensi kita masih tinggi.

Langkah ketiga, Monitor dan Laporkan proses ini. Buat papan monitor, jika tidak memungkinkan, buat kertas tabel, mingguan, yang memuat:

1. Apakah minggu ini anda sudah menemukan pasien baru sesuai target?
2. Apakah minggu ini Anda sudah melakukan pemeriksaan kontak erat pasien baru?
3. Apakah minggu ini Anda sudah melakukan pemeriksaan kontak erat pasien lama?
4. Apakah minggu ini Anda sudah memeriksa siapa saja yang seharusnya kontrol mengambil obat?
5. Apakah minggu ini ada kegiatan pemeriksaan aktif kusta seperti Intensif Case Finding? Rapid Village Survey? pemeriksaan anak sekolah?

Kasih tanda centang (v), kasih tanda wajah lingkaran senyum, jika Anda dalam 1 bulan berturut turut melakukan proses itu. Jika Anda gagal, kasih tanda lingkaran wajah sedih. Kenapa harus demikian? Karena itu adalah reward and punishment dalam sistem monitoring yang akan lebih menguatkan langkah Anda. Otak manusia hanya mencari nikmat dan menghindari sengsara, maka perlu reward anda punishment meskipun itu hanya sederhana berbentuk gambar wajah senyum dan wajah sedih. 

Dan langkah ampuh berikutnya adalah secara kontinyu, seminggu sekali, laporkan tabel/ papan monitoring itu, ke teman anda, ke atasan anda, ke group WhatsApp programer kusta, atau lainnya. Percaya atau tidak, monitoring yang dilaporkan ke orang lain, atau publik akan menghasilkan suatu tanggung jawab yang beda dalam kinerja. Laporkan ke atasan anda, minta tanda tangan bahwa laporan anda telah diketahui, meskipun dia tidak memintanya.

Tiga Simple steps ini akan mengarahkan anda baik goal yang besar dipecah menjadi goal goal jangka pendek, mengarahkan langkah anda menuju target Eliminasi kusta 2019. Demikian, pasti bermanfaat! Salam karya. (28/7)

ditulis oleh: Bagus Johan Maulana, SKM 
Sumber: Berbagai buku dan Audio book tentang manajemen 

Wednesday, July 18, 2018

Dinkes berikan 264.047 tablet obat cacing tahun ini

"ekor cacing menurunkan 3,75 point IQ, anak kita bisa turun kecerdasannya" demikian ujar Amat Kiswandi, SKM, MM, Kabid P2P mengutip data WHO tahun 2005.

Kerugian yang dialami akibat kecacingan luar biasa, jika dihitung finansial setahun kita rugi Rp 42.356.986.912,- sedangkan kehilangan protein jika diuangkan adalah Rp 509.593.827.511,- tiap tahunnya karena karbohidrat dan protein yang dikonsumsi manusia tidak diserap oleh tubuh melainkan dimakan cacing. 

                        



Hal tersebut disampaikan dalam rapat kordinasi program kecacingan di Aula Dinkes, Kamis pagi (19/7). Kiswandi menambahkan "belum kerugian yang lain seperti kehilangan darah bisa sampai 57.632.635 liter/th. SDM kita bisa rendah karena dengan anemia maka produktivitas menurun, akibatnya adalah sosial ekonomi kita rendah. Belum efek pada ibu hamil dan Bayi dengan berat badan lahir rendah resikonya adalah kematian. Anak-anak juga bisa mengalami Gizi Buruk" imbuhnya.

Beberapa Cacing yang masuk program pemberian obat cacing adalah CACING GELANG ( Ascaris lumbricoides ), CACING CAMBUK ( Tricuris trichiura ), CACING TAMBANG (Ankylostoma Duodenale, Necator Americanus)

Kasi P2PM Ari Dwi Cahyani, SKM, M.Kes menjelaskan bahwa Kabupaten Tegal sendiri adalah wilayah dengan nilai prevalensi kejadian kecacingan sedang (20-50%), jadi program pemberian obat cacing adalah 1x tiap tahun. Obat yang diberikan bernama Albendazole 400mg yang bisa membunuh cacing, telur dan larvanya sekalian.

Program ini akan dilaksanakan sepanjang Juli - September 2018 di seluruh wilayah Kabupaten Tegal. Maka perlu kerjasama lintas sektoral yang baik untuk mensukseskannya terutama PAUD dan SD/MI. Anak usia 1-2 thn akan diberikan obat separuh tablet, dan anak 2-12 tahun 1 tablet. Tahun 2018, program ini sudah berjalan masuk ke tahun keempat di Kab. Tegal dan akan berjalan sampai dengan tahun ke 5 atau 6 (2019/2020).

Tahun 2018, jumlah sasaran adalah 282.189 anak dan Dinkes akan membagikan sekitar 264.047 tablet Albendazole 400 mg.

Tentunya program pemberian obat cacing ini tidak bisa memutuskan mata rantai penularan kecacingan tanpa didukung perilaku hidup dan bersih dari masyarakat seperti cuci tangan pakai sabun, tidak buang air besar sembarangan, menggunakan alas kaki dan kebiasaan menggunting kuku.




Tuesday, July 17, 2018

Monitoring ketat agar Kabupaten Tegal bisa Eliminasi Kusta tahun 2019

Mengejar target Kab. Tegal Eliminasi kusta 2019, berbagai langkah dilakukan Dinas Kesehatan Kab. tegal yaitu dengan mengadakan ICF Intensif Case Finding dan Pemeriksaan Kontak kusta baik penderita baru maupun penderita lama.







Ari Dwi Cahyani, SKM, M.Kes, Kasie P2PM Bidang P2P Dinkes Kab. Tegal menuturkan bahwa strategi ini yang sudah terbukti bisa meningkatkan penemuan kasus baru kusta. Kasus kusta yang selama ini belum terdeteksi kemungkinan akan terjaring dengan ICF dan Pemeriksaan kontak.

Ari menjelaskan "ICF akan dilaksanakan Juli - September 2018, dan pemeriksaan kontak akan dilaksanakan rentang waktu Juni - Oktober 2018".

ICF adalah pencarian kasus kusta baru dengan cara pemberdayaan masyarakat dalam mengenal, mencari bercak mati rasa yang diduga kusta. Masyarakat akan diberi penyuluhan mengenai tanda kusta yang paling mudah dikenali, yakni bercak putih atau kemerahan pada kulit yang mati rasa. Itu adalah salah satu tanda utama dari penyakit kusta.

Jika menemukan anggota keluarganya yang mempunyai bercak mati rasa ini, esoknya akan dibawa dan diperiksa petugas Puskesmas di tempat tertentu yang telah disepakati, misalkan balai desa atau rumah warga. Lalu akan diperiksa lebih intensif sensasi mati rasa dengan menggunakan kapas. Disitu nanti jelas apakah dia kusta atau bukan, atau memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pemeriksaan kontak kusta adalah dengan mengunjungi ke rumah penderita kusta baik penderita yang baru ditemukan (2018) maupun penderita lama yang ditemukan dari 2012 sampai dengan 2015. Tujuannya adalah memeriksa anggota keluarga serta tetangga sekitar rumahnya apakah ada tanda-tanda penularan. Karna kusta menular melalui pernafasan, maka rumah tetangga terdekat dari rumah penderita juga perlu diperiksa.

Dengan ini diharapkan akan menemukan kasus kasus yang tersembunyi yang belum terlaporkan. Pemeriksaan ini akan dilakukan benar-benar intensif sesuai standart pemeriksaan fisik pasien terduga kusta, yaitu melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), test fungsi saraf (motorik, sensorik), serta test rabaan penebalan saraf tepi (palpasi).

Dijelaskan Ari, bahwa sasaran ICF kali ini adalah 10 wilayah Puskesmas dengan kasus kusta tinggi yaitu Puskesmas Adiwerna, Pagiyanten, Pagerbarang, Margasari, Pangkah, Kaladawa, Kedungbateng, Kambangan , Kupu, Dukuhwaru. Total ada 39 lokasi dari 10 desa tersebut. Masing-masing lokasi ditarget 200 Kepala keluarga (rumah).

Sedangkan untuk pemeriksaan kontak kusta semua Puskesmas wajib melaksanakannya dengan target pasien baru sejumlah total 247 dan pasien lama sejumlah 766 orang se Kabupaten Tegal. Masing-masing dari pasien itu dilakukan pemeriksaan kontak minimal kepada 20 orang terdekatnya.

Anggaran telah dipersiapkan untuk ICF dan Pemeriksaan kontak, berasal dari APBD II, APBD I dan dana BOK Puskesmas. Untuk mencapai eliminasi 2019 ini Kabupaten Tegal harus mencapai angka prevalensi penderita kusta (angka kesakitan penderita baru dan lama yang masih berobat) dibawah 1 per 10.000 penduduk. 

"Bersyukur, penemuan kasus baru sampai dengan bulan Juli ini sudah 60%, itu hasil kerja keras petugas Puskesmas melalui pemeriksaan kontak dan ICF yang sedang berlangsung". Dia berharap melalui kegiatan ini dan monitoring ketat, akan bisa mencapai target penemuan kasus baru sejumlah 247 tahun ini. 

"Kami akan pantau terus progress tiap bulan, agar eliminasi 2019 bisa tercapai"  tandas Ari.

Sunday, July 15, 2018

FKUI berburu nyamuk DBD di Pangkah


"Kita akan jebak nyamuk demam berdarah dengan Sunatrap" ungkap Dr. Drs. Heri Wibowo MSi pembimbing riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di balai desa Pangkah kecamatan pangkah, Minggu (15/7). Alat itu sedang dikembangkan FKUI dan dalam tahap penelitian.












"Ini kegiatan riset dan pengabdian masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan tinggi, kita akan bandingkan efektivitasnya dengan Ovitrap, alat perangkap nyamuk yang sudah ada di pasaran" ujar Heri. 

Dijelaskan oleh Nurhadi Eko Firmansyah S.Si. MSi, teknisi alat tersebut, Sunatrap adalah alat perangkap nyamuk sederhana, dengan bahan jamur (ragi) tertentu yang dicampur dengan larutan gula 10%, yang akan menghasilkan CO2. "Nyamuk mengenal manusia dari CO2 yang dihasilkan tubuh, mereka tertarik ke CO2" ujarnya.

Alat yang berjumlah 30 set ini akan ditempatkan di desa Pangkah sesuai dengan sebaran rumah yang pernah terjadi kasus DBD. Dipasang 12 jam dari jam 6 pagi sampai 6 sore, selama 1 bulan. Tiap 3 hari akan dimonitor oleh kader DBD. 

"Ini aman, tanpa ultraviolet, tanpa insektisida" ungkap Heri . Nyamuk yang terperangkap rencananya akan dihitung, dan akan bawa ke Laboratorium FKUI untuk diketahui jenis nyamuk apa saja, dan apakah ada fenomena transovarial, yaitu nyamuk yang sudah mengandung virus Dengue dalam tubuhnya meskipun belum menggigit pasien yang menderita DBD. Jika ada virus Denguenya, akan diukur seberapa virulensinya, atau derajat tingkat patogenitas yang diukur dari banyaknya organisme yang diperlukan untuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu.

Hasilnya penelitian ini akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Hadir pula dalam acara tersebut 40 kader kesehatan, Kepala Desa Pangkah, petugas Puskesmas Pangkah, Kepala Puskesmas Pangkah, programer DBD Dinkes Kab. Tegal dan Sekretaris Dinas Kesehatan dr. Titis Cahyaningsih, MMR.

dr. Titis berharap penelitian ini membuahkan hasil yang baik dan bermanfaat sehingga bisa diterapkan di masyarakat. "Ini akan saling melengkapi dengan tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN,) PSN akan memburu jentiknya, dan alat ini akan memburu nyamuknya" pungkasnya.