Audio Bumper

Wednesday, December 22, 2010

SURVEILANS BERBASIS MASYARAKAT

Surveilans berbasis masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan Desa Siaga yaitu Desa yang masyarakatnya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri.
Pengertian lazim surveilans adalah pengamatan dan pemantauan terus menerus secara sistematis terhadap orang dan semua faktor yang berpengaruh terjadinya masalah kesehatan. Surveilans yang baik harus berbasis pada informasi cepat dan akurat yang diharapkan berasal dari masyarakat, antara lain:
Kejadian kasus (penemuan kasus), Deskripsi Faktor Resiko (FR), Pemberdayaan masyarakat (kegiatan, pembiayaan). Masyarakat perlu dilatih bagaimana cara mengenal/ mendeteksi gejala/ tanda awal suatu masalah kesehatan untuk dilaporkan Kepala Desa/ Pos Kesehatan Desa dengan memakai format sederhana.

Format tersebut adalah dibuat per RT, sbb: (ya/ tidak)
1. Faktor risiko lingkungan
a. Terjadinya banjir dan pencemaran
b. Ada kematian unggas mendadakdalam jumlah banyak
c. Proporsi rumah tidak sehat tinggi
d. Tambak, kobakan air di sungai, persawahan, genangan air tidak terawat
e. Penggunaan jamban, air bersih rendah
f. Penggunaan insektisida tinggi, tidak terkontrol
g. Tinggal di daerah rawan bencana
h. Penggunaan garam beryodium rendah
i. Terjadinya musim paceklik/ kekeringan/ banjir
j. Proporsi masyarakat miskin tinggi
2. Faktor Resiko Perilaku
a. Kunjungan ke Posyandu/ UKBM lain rendah
b. Persalinan oleh dukun bayi tinggi
c. Penggunaan jamban dan air bersih rendah
d. Kebiasaan meludah di sembarang tempat
e. angka merokok tinggi
f. Angka Bebas jentik pada daerah endemis tinggi (DBD rendah<95%)
3. Gejala awal Masalah Kesehatan
a. Panas tinggi tanpa sebab yg jelas
b. Anemia Bumil/ Balita tinggi
c. Batuk lebih dari 3 minggu
d. Panas menggigil di daerah endemis Malaria
e. Panas/ demam dan dilingkungannya banyak ungas mati mendadak dalam jumlah banyak
dan kontak erat dengan unggas sakit/ mati
f. Bercak seperti panu dan mati rasa
g. Adanya bumil anemi yang akan melahirkan/ terjadi kegawatdaruratan (perdarahan)
h. Panas tinggi kemudian timbul bercak kemerahan


Wednesday, December 1, 2010

Surveilans pasca Haji

Jamaah Haji Kab. Tegal kloter 8&9 pulang tanggal 25 Nopember 2010, dan kloter 72 &73 pulang dijadwalkan tgl 15 Desember 2010. Kegiatan surveilans yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit potensial KLB yang memungkinkan dibawa dari saat ibadah haji, berupa pelacakan K3JH (kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji) yaitu sebuah kartu berwarna kuning yg terletak di BKJH (Buku Kesehatan Jamaah Haji) sebagai kartu pemantauan kesehatan jamaah haji setelah tiba di tanah air sampai dengan 14 hari kemudian.
14hari adalah 2x masa inkubasi penyakit potensial KLB yang dapat dimungkinkan dibawa dari ibadah jamaah haji seperti Cholera, Yellow Fever, Plague, Typus, Hepatitis infectiousa, Meningitis, Flu baru H1N1.


Klik ini untuk mendownload daftar manifest kloter haji Kabupaten tegal 2010

Monday, October 25, 2010

Surveilans Haji

Semenjak diberlakukannya sistem baru (masih uji coba) di 20 % Kabupaten di Indonesia timbul berbagai gejolak yg tidak bisa dianggap mudah. Beberapa daerah merasa sistem baru ini yg memberlakukan pemeriksaan kesehatan haji hanya 1 kali yaitu di tingkat Puskesmas ini merupakan masalah besar. Meskipun pasien yg resiko tinggi dan usila tetap dilakukan rujukan pemeriksaan ke RS namun pelaksanaan administrasinya sungguh diluar dugaan.

KEPMENKES nomor 442/menkes/sk/VI/2009 tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan haji indonesia

Friday, October 15, 2010

KOntak Person Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Jakarta

  • PHONE: (021) 526-5043 / 521-0411
  • FAX: (021) 527-1111 / 521-0395
  • EMAIL: info@ppk-depkes.org
  • SMS GATEWAY: 0813-8590-4444
Untuk daftar ketik DAFTAR kirim ke 081385904444
Nanti akan dapat jawaban utk konfirmasi data : DAFTAR Nama, Jabatan, Instansi

Jika ada bencana ketik POLA kirim ke 081385904444
Nanti akan dapat balasan : TBT, JB LOK PKL PAR MGL HLG LB LR RWP RWS

Monday, January 18, 2010

DSO & TIM INVESTIGASI

DSO dan Team investigasi Dinkes Provinsi Jawa Tengah sangat cepat merespon dan koordinasi dengan Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah untuk Penyelidikan Epidemiologi dan Pengambilan Specimen jika terdapat kasus Suspect Ai di wilayahnya. Tak lupa mereka mengenakan Alat Pelindung Diri untuk melakukan kontak dengan penderita.

Wednesday, January 6, 2010

Kasus AFP terakhir di tahun 2009

Surveilans Kab. Tegal mendapat laporan dari masyarakat yang melapor ke petugas Puskesmas Jatibogor tentang adanya kasus ini. SM, perempuan, 11 tahun


AFP: Lumpuh Layuh Akut usia kurang dari 15 tahun
Lumpuh = penurunan kekuatan motorik otot, meskipun tidak sampe skala nol
Layuh (tidak kaku) = Lumpuh ada dua, ada lumpuh yg layuh ada yg kaku
Akut= Proses terjadinya kelumpuhan tidak lebih dari 14 hari (dari awal tanda lumpuh sampe kelumpuhannya)

Diagnosa penyakit yang dapat mempunyai gejala AFP:
1. Sindrom Gullain Barre (SGB)
2. Myelitis transversa
3. Poliomyelitis
4. Polyneurophaty
5. Myelopathy
6. Dermatomyositis
7. Hipokalemia
8. Erb's Paralysis
9. Food drop paralysis
10. Stroke pada anak
11. Todd's paralysis
12. Duchene Muscular Atrophy
13. Periodic Paralysis Hipokalemi
14. Spinal Muscular Atrophy
15. Efek samping sitostatika mis Vincristin
16. Encepalitis
17. Encefalopati
18. Meningitis
19. Miastenia gravis umum
20. Metabolic myopathies
21. Herediter Motor and sensory Neuropathy

Diagnosa penyakit selain diatas bisa saja mempunyai gejala AFP, dokter diwajibkan menuliskan diagnosa pasti atau diagnosa dugaan saat Penyelidikan Epidemiologi AFP, bukan menuliskan gejala.

Monday, January 4, 2010

CBMS ( Case Based Measless Surveilans)

Program CBMS ini baru akan dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah mulai tahun 2010. Setelah AFP, kini saatnya kita perhatian dengan kasus Campak.
Kasus Campak klinis adalah jika ada gejala demam, rash ditambah salah satu gejala tambahan batuk, pilek, konjungtivitis.
KLB Campak adalah jika terdapat 5 kasus mengelompok yangterjadi dalam periode 3 minggu ( 21 hari)









CBMS akan memperketat screening kasus campak klinis dan memastikan dengan pemeriksaan laboratorium dimana sampel darah akan diambil sebanyak 20 % dari seluruh kasus yang ada di Kab. Tegal.