Audio Bumper

Monday, December 3, 2018

ICF, keluarga mencari bercak

Form cari bercak, inilah yang dibagikan kepada keluarga untuk mencari sendiri bercak yang ada di kulit keluarganya. Siapa lagi jika bukan keluarganya yang mengawasi adanya bercak mati rasa? memanglah harus keluarganya sendiri, yang terdekat, yang secara sosial budaya memungkinkan untuk memeriksa adanya bercak mati rasa di kulit.

Bayangkan, jikalau ada bercak matirasa di tubuh kita, sebagai orang dewasa, misalnya di punggung. Siapa lagi jika bukan keluarga kita sendiri yang akan mengetahuinya? bercermin saja tidak terlihat, misalkan.

Keterlibatan keluarga dalam mengenal bercak berwarna keputihan/ kemerahan, ini awal dari proses penyaringan untuk mendapatkan kasus kusta di masyarakat. Untuk selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan apakah bercak itu mati rasa atau tidak. Kalo test yang satu ini perlu keterampilan khusus tenaga kesehatan terlatih. Test rasa menggunakan kapas, test kekuatan gerak menggunakan tekanan otot.

Kegiatan itulah yang dilakukan dalam ICF (Intensif Case Finding)/ intensifikasi penemuan kasus kusta yang akan diadakan sekitar Desember 2018- Januari 2019 di 10 Puskesmas endemis kusta.



Format Laporan ICF ada disini: https://bit.ly/2L59pXt

Tuesday, October 16, 2018

Pemeriksaan kontak erat kusta, memang sudah jadi kewajiban

Siapakah orang yang paling beresiko tertular kusta? ya pasti orang yang tinggal bersama dengan pasien kusta yang belum diobati. Dokter Udeng dari NLR (Netherland Leprosy Relief), LSM Kusta dari Belanda mengutarakan, yang dimaksud kontak erat kusta adalah orang yang tinggal bersama pasien kusta yang belum diobati minimal 20 jam seminggu selama kurun waktu 3 bulan berturut-turut. Bisa tinggal serumah, bertetangga, maupun kontak sosial, pekerjaan. Jadi jika kita mau mencari kasus baru kusta, merekalah yang kita periksa terlebih dahulu. 



  

 


"Ini sudah kewajiban" tutur Ari Dwi Cahyani, SKM, M.Kes, Kasie P2PM Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, saat pertemuan akselerasi kusta nasional, di Hotel Aston, Bekasi, 10 Oktober kemarin.

Kegiatan Pemeriksaan kontak erat kusta, baik pasien baru maupun pasien lama, itu wajib dilakukan. Coba datangi rumahnya, periksa anggota keluarganya, tetangga kanan kiri, depan belakang, teman sepermainan, teman sepekerjaan. Bisa jadi mereka sudah tertular pasien kusta sebelum mendapatkan obat.

Maka, tahun 2018 ini. Semua Puskesmas di Kabupaten Tegal pun melakukan kegiatan ini, dengan menyisir kontak erat pasien kusta MB (Multi Basiler/ kusta basah) yang ditemukan pada tahun 2012- 2015 dan juga kontak erat pasien kusta MB yang ditemukan tahun ini. Semua berjumlah 964 orang. Tahun depan pun demikian, kita akan selalu sisir pasien yang ditemukan tahun itu dan temuan 2 -5 th ke belakang.

Mengapa hanya MB? karna MB lah yang paling tinggi menularkan. Meskipun tidak menutup kemungkinan PB (Pausy Basiler/ kusta kering) juga menularkan. Kegiatan ini didukung anggaran dari BOK Puskesmas dan APBD II Kabupaten Tegal.

Diharapkan dengan pemeriksaan kontak erat kusta secara intensif, kita benar-benar mengunjungi mereka, mengatur waktu agar bisa bertemu dengan mereka, minimal 20 kontak erat per pasiennya, memeriksa fisik dengan seksama, buka baju benar-benar, kemungkinan besar kita akan menemukan pasien baru. Ini memang salah satu strategi menuju eliminasi kusta, dimana kita ditarget 2019 mencapainya.


Download formulir rekapitulasi hasil pemeriksaan kontak erat kusta

Sunday, September 23, 2018

Penanganan DBD semakin sulit

Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penularan demam berdarah dengue kian sulit diberantas. Sebab, nyamuk itu tidak hanya menularkan penyakit itu setelah menggigit manusia yang terinfeksi virus dengue, tetapi juga dapat menurunkan virus dengue hingga lima generasi. 


Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoar Penyakit (B2P2VR) Salatiga Vivi Lisdawati, Jumat (5/2), di Salatiga, Jawa Tengah, menjelaskan, genetika nyamuk Aedes aegypti bermutasi sehingga virus menurun melalui transovarial. Virus dengue bisa diturunkan pada telurnya. Penyebab mutasi kompleks, antara lain kondisi lingkungan, seperti iklim, bahan kimia, dan perubahan pola hidup masyarakat. 

Riset mekanisme transovarial pada nyamuk Aedes aegypti  dilakukan sejak 2012 di Kota Salatiga. Ditemukan nyamuk yang terkandung virus dengue meski belum menggigit manusia yang terinfeksi virus. Hal itu juga terjadi di sejumlah daerah di Indonesia dan menyebabkan kasus DBD meningkat pesat. 

Dengan kian banyak kemungkinan nyamuk terinfeksi virus dengue, kasus DBD akan meningkat jika tak dicegah secara efektif. Karena itu, cara paling efektif ialah mencegah perkembangbiakannya, yakni memberantas sarang nyamuk dengan menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas yang bisa menampung air, menguras bak penampungan air, dan menyikat tempat penampungan air. 

Vivi menjelaskan, menyikat bak mandi atau tempat penampungan air diperlukan untuk menghilangkan telur nyamuk yang tidak terlihat. Telur nyamuk menempel di dinding penampung air dan bisa bertahan lama dalam kondisi kering. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo mengungkapkan, satu nyamuk Aedes aegypti bisa bertelur hingga 200 butir. "Satu-satunya cara menghindarinya ialah mencegah perkembangbiakan nyamuk dan melindungi diri dari gigitan nyamuk. 

Daerah-daerah endemis yang kasusnya tinggi biasanya di dataran rendah," kata Yulianto. Langkah pengasapan juga dinilai tak efektif karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Telur nyamuk yang mengandung virus dengue tak ikut mati. Pengasapan juga membuat nyamuk kelamaan jadi kebal insektisida. Ilustrasi. 

Virus tak bermutasi 
Kepala Unit Dengue Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Tedjo Sasmono, di Jakarta, kemarin, mengatakan, dari aspek virologi, tak ada perubahan ataupun mutasi virus dengue di Indonesia. Jadi, merebaknya kasus DBD tak terkait perubahan atau mutasi virusnya, tetapi lebih soal perubahan cuaca dan manajemen penanganan penyakit yang harus dibenahi. 

Hingga kini, virus dengue yang ada di Indonesia terdiri dari empat jenis serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Tiap tipe memiliki subtipe atau strain hingga ratusan. "Dari virusnya, tak ada perbedaan klinis meski DEN-2 lebih kerap menyebabkan keparahan penyakit," ucapnya. Banyaknya variasi strain itu mempersulit upaya menemukan vaksin dengue terbaik. Orang yang kebal satu jenis virus dengue belum tentu kebal tipe lain. Kini, vaksin dengue dalam tahap izin di Kementerian Kesehatan. 

Meski nantinya vaksin bisa beredar, itu tak menjamin penyebaran dengue bisa diatasi karena rantai virus dan vektornya tak putus. Mayoritas orang dewasa yang tinggal di daerah endemik DBD bisa kebal penyakit itu karena pernah digigit nyamuk yang terinfeksi empat tipe virus itu. Namun, begitu nyamuk 

Aedes aegypti menggigit orang yang terinfeksi virus itu lalu menggigit orang lain yang belum terinfeksi, terutama anak-anak, penularan ke orang baru terjadi. Dengan melihat karakter virus dengue itu, Tedjo menyarankan, cara mengatasinya harus terintegrasi dari aspek manusia, nyamuk, dan lingkungan. Dari aspek manusia, begitu ada gejala demam, terutama di daerah endemik, sebaiknya langsung diperiksa darahnya di laboratorium. Hal itu karena dampak serangan virus itu ke setiap orang berbeda. 

Ada yang menyebabkan demam tinggi, ada yang tak terlalu panas sehingga dianggap flu biasa. Kini, mayoritas laboratorium punya kemampuan mendeteksi virus dengue. Jika dikenali sejak awal, pasien bisa diselamatkan. Dari aspek nyamuknya, perlu ada upaya agar tak digigit nyamuk, terutama anak-anak dan ibu hamil, yang daya tahan tubuhnya rendah. Dari aspek lingkungan, perlu pengasapan atau pembersihan tempat perkembangbiakan nyamuk untuk memutus siklus hidupnya.  (UTI/AIK/ADH)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penanggulangan DBD Semakin Sulit", https://lifestyle.kompas.com/read/2016/02/06/140000723/Penanggulangan.DBD.Semakin.Sulit

Tuesday, September 11, 2018

Kirim SMS, cara puskesmas lapor pemberian obat cacing

Dalam hal teknologi, manusia selalu berpikir bagaimana caranya agar teknologi tersebut bertambah mudah, murah, manfaat, kualitas dan cepat. Sama halnya dengan pelaporan, bagaimana caranya mengumpulkan laporan bisa cepat, mudah menganalisa, mudah menyajikan dan berkualitas.





Itulah mengapa Kementerian Kesehatan RI meluncurkan Aplikasi "e Filca" untuk sistem informasi komunikasi program Filariasis dan Kecacingan. Diharapkan dengan program ini semua petugas puskesmas bisa melaporkan dengan cepat, aktual, mengenai sasaran, jumlah cakupan dan periode pemberian obat cacing.

Aplikasi berbasis internet dan SMS gateway ini akan mulai dijalankan di Kabupaten Tegal tahun ini juga. Petugas program Kecacingan akan melaporkan hasil pemberian obat cacing di wilayahnya, baik di Posyandu maupun di sekolahan dengan cara mengirim SMS. Sementara sistem ini berjalan , laporan manual tetap dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.

Berikut ini adalah beberapa petunjuk penting pelaporan SMS program Kecacingan:
1.      Cara registrasi nomor hand phone petugas program kecacingan
a.       Pelaporan program Kecacingan dilakukan secara manual dan SMS gateway, Nomor HP petugas wajib didaftarkan terlebih dahulu agar laporan bisa diterima.
b.      Daftarkan nomor HP utama petugas yg biasa digunakan untuk menelpon dan SMS
c.       Cara Registrasi no.Hp dengan ketik SMS:
C,(kode Puskesmas), (nama petugas), (email), (jenis kelamin)
Contoh: C,P3328010102,Budi, Budi@gmail.com, L
Kirim ke: 081385508145/ 081389009589/ 085775897681

2    2. Cara melaporkan hasil cakupan pemberian obat cacing posyandu
a.    Hasil cakupan pemberian obat cacing di Posyandu, dilaporkan jika sudah selesai semua pemberian obat cacing di posyandu karena dilaporkan 1kali saja tiap Puskesmasnya, dengan cara ketik SMS:
     CP,(kode puskesmas), (jumlah posyandu yang ada), (jumlah posyandu yang lapor), (tahun-bulan kegiatan), (periode bulan pemberian), (jumlah anak laki-laki usia 1-6th), (jumlah anak perempuan usia 1-6th), (jumlah anak laki-laki minum obat), (jumlah anak perempuan minum obat)
      Contoh: CP,P3328010102,12,7,2018-09,2,20,50,10,45
Kirim ke: 081385508145/ 081389009589/ 085775897681
b.      Periode bulan pemberian adalah angka:
1 (untuk bulan Januari –Juni), 2 (untuk bulan Juli- Desember)
c.       Jika ada revisi laporan bisa dikirim ulang, SMS terbaru yang masuk otomatis menghapus SMS lama di sistem SMS gateway.

     3. Cara melaporkan hasil cakupan pemberian obat cacing sekolah (SD/MI)
a.       Hasil cakupan pemberian obat cacing di sekolah harus di SMSkan setiap sekolah, dengan cara ketik SMS:
CO, (kode puskesmas), (kode sekolah), (tahun-bulan pemberian), (periode bulan pemberian), (jumlah sasaran murid perempuan), (jumlah sasaran murid laki-laki>) (jumlah murid perempuan minum obat), (jumlah murid laki-laki minum obat )
Contoh: CO, P3328010102, 69914171, 2018-09,2,122,78,75,60
Kirim ke: 081385508145/ 081389009589/ 085775897681
d.      Periode bulan pemberian adalah angka:
1 ( untuk bulan Januari –Juni), 2 (untuk bulan Juli- Desember)
b.      Jika ada revisi laporan bisa dikirim ulang, SMS terbaru yang masuk otomatis menghapus SMS lama di sistem SMS gateway.

No. Puskesmas Kode Puskesmas
1 MARGASARI P3328010101
2 KESAMBI P3328010202
3 BUMIJAWA P3328020101
4 BOJONG P3328030201
5 DANASARI P3328030202
6 BALAPULANG P3328040101
7 KALIBAKUNG P3328040202
8 PAGERBARANG P3328050201
9 LEBAKSIU P3328060201
10 KAMBANGAN P3328060202
11 JATINEGARA P3328070101
12 KEDUNG BANTENG P3328080201
13 PANGKAH P3328090201
14 PENUSUPAN P3328090202
15 SLAWI P3328100201
16 DUKUHWARU P3328110201
17 PAGIYANTEN P3328120102
18 ADIWERNA P3328120201
19 DUKUHTURI P3328130201
20 KUPU P3328130202
21 TALANG P3328140201
22 KALADAWA P3328140202
23 TARUB P3328150201
24 KESAMIRAN P3328150202
25 KRAMAT P3328160201 
26 BANGUN GALIH P3328160202
27 SURADADI P3328170101
28 JATIBOGOR P3328170202
29 WARUREJO P3328180201

Link Download:
Buku panduan Aplikasi yang diluncurkan tahun 2018 ini dapat diunduh disini: https://bit.ly/2x1ZckA
Kode Puskesmas se Kabupaten Tegal disa diunduh disini: https://bit.ly/2x808E3
Kode Sekolah SD dan MI se Kabupaten Tegal disa diunduh disini: https://bit.ly/2wVWn5G
Format laporan manual bisa diunduh disini: https://bit.ly/2D7NHi0

Link penting: Laporan online filariasis dan kecacingan: http://filariasis.kemkes.go.id/grafik_kecacingan

Sunday, August 19, 2018

Opini: Status Eliminasi Kusta bisa dicabut kembali. lho!

Bisakah Kab. Tegal Eliminasi kusta di 2019? Memang indikatornya jelas, yaitu prevalensi kusta < 1 per 10 ribu penduduk, namun tentunya angka itu akan terwujud dengan syarat dan ketentuan tertentu, agar status eliminasi bisa dipertahankan. 5 Hal penting untuk eliminasi tersebut, adalah:





1. Bagaimana proporsi cacat tingkat II pada kasus baru 
Lihatlah kasus baru yang akan kita temukan. Apakah kasus baru tersebut cacat? jika proporsi cacat tingkat II tinggi pada kasus baru, maka meskipun prevalensi kusta kita berhasil di angka < 1 per 10 ribu penduduk, nanti, bersiaplah angka prevalensi kita akan kembali tinggi.
Dengan tingginya kasus cacat tingkat II pada kasus baru itu artinya kasus tersebut sudah terlambat ditemukan. Keterlambatan rentang waktu penemuan tersebut akan memungkinkan telah menularnya kusta ke orang lain. 

2. Bagaimana proporsi kasus kusta anak pada kasus baru
Lihat pula kasus baru yang akan kita temukan. Jika proporsi kusta anak tinggi pada kasus baru, menggambarkan masih adanya penular kuman kusta di sekitarnya yang mungkin belum terdeteksi. Dan selama si penular penyakit ini tidak ditemukan dan diobati, maka rantai penularan akan terus berlanjut. Berimbas akan naiknya kembali angka prevalensi.

3. Cakupan pemeriksaan kontak
Siapakah orang yang paling tinggi resiko terpapar penularan kusta? tentunya adalah kontak erat penderita. Mereka yang tinggal terus bersama selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, bisa keluarganya, bisa teman kerjanya atau hubungan lain yang memungkinkan sering bertemu dengan penderita. 
Ya, mereka disebut kontak erat. Maka dari itu strategi penemuan kasus baru difokuskan pada pemeriksaan kontak erat, baik kontak erat pasien baru maupun pasien lama. Jika pencarian kasus kita dilakukan pada orang-orang yang jauh dari resiko tertular, wajar jika kita tidak menemukan kasus baru. 

4. Kegiatan penemuan kasus aktif atau pasif
Mengapa dalam penemuan kasus baru ada penemuan aktif dan pasif? Apa makna dari semua itu? Sebenarnya penemuan kasus pasif itu mengandalkan kesadaran yang didasari pengetahuan masyarakat tentang ilmu kesehatan, tanda gejala, atau sekedar rasa ingin tahu yang tinggi akan status kesehatan pribadi. Tentunya penemuan kasus pasif akan berbeda pada daerah dan level pendidikan tertentu. Kita tidak bisa mengandalkan penemuan kasus baru dengan datangnya masyarakat atas apa yang dia keluhkan saja. Belum tentu masyarakat sadar periksa, ada kalanya mereka malu, ada kalanya menganggap hal bercak putih mati rasa adalah penyakit kulit biasa yang tidak begitu bermakna. 
Penundaan ini yang akhirnya sampai dengan terjadinya penemuan kasus yang terlambat, berefek pada kecacatan, dan yang lebih berbahaya lagi adalah sisi epidemiologisnya, yakni menjadi mata rantai penularan yang tersembunyi.
Jika penemuan pasif kita tinggi, itu bisa berarti dua hal, pertama, artinya promosi kesehatan kita berjalan dengan naiknya level "awareness" masyarakat. Namun siapa sangka hal itu menandakan adanya fenomena gunung es, dimana di lapangan masih lebih banyak kasus yang tersembunyi.
Jika penemuan pasif kita rendah, itu pun bisa kita maknai dua hal. Yakni, memang jumlah pasien baru kusta kita menurun, tapi tiada yang tahu bahwa ini pertanda pengetahuan masyarakat kita rendah tentang kusta-meskipun bisa jga pendidikan akademis tinggi.
Maka jelas sudah, bahwa pemeriksaan aktif maupun pasif sama pentingnya. Siapa sih yang bakal mengetahui adanya sebuah bercak di tubuh bagian belakang kita yang sudah dewasa?-misalnya.
Kesadaran kita akan pentingnya kedua jenis pemeriksaan ini akan membantu terjaganya angka prevalensi. Tentunya, turunnya standar jumlah penemuan kasus baru di daerah kita memang benar-benar tercipta karna telah berkurangnya kasus di masyarakat secara drastis, kelak.

5. Validitas data
Seperti halnya semua program kebijakan, diambil berdasarkan data. Pentingnya data tidak dimungkiri lagi akan mempengaruhi keputusan yang diambil, termasuk Eliminasi Kusta yang sedang kita kejar. Data tidak akan bisa menyembunyikan kenyataan di lapangan. Bisa saja kita bilang bahwa prevalensi kita memang rendah (dengan data abal-abal), maka endapan kasus kusta yang terus meninggi di lapangan akhirnya mencuat juga ke publik. Terlebih, di era keterbukaan informasi ini dimana arus informasi komunikasi itu sendiri tidak bisa kita bendung. Lantas, akankah kita benar-benar eliminasi? dan bisa mempertahankannya selamanya? tergantung bagaimana kita memperhatikan kelima hal tersebut di atas.

Slawi, 20 Agustus 2018
ditulis oleh: Bagus Johan Maulana, SKM
sumber: Materi pertemuan Validasi Data Kusta, Provinsi Jawa Tengah 2018

Wednesday, August 1, 2018

Opini: Bagaimana agar pasien patuh berobat?

Kusta? Putus obat? menolak berobat? Siapa yang butuh sembuh? adakah resikonya dari putus obat?



Strategi penanggulangan kusta yaitu degnan memutuskan rantai penularan kusta, hanya ada 2 cara:

1. Temukan penderita baru
2. Obati penderita sampai tuntas

Strategi menemukan penderita baru berbagai langkah dari penemuan aktif sampai dengan pasif (pasien sukarela datang periksa). Penemuan aktif yaitu dengan pemeriksaan kontak erat kusta baik penderita lama maupun baru, juga dengan pemeriksaan anak sekolah, pencarian aktif seperti ICF (Intensif case Finding) dan RVS (Rapid Village Survey).

Lantas bagaimana strategi mengobati pasien sampai tuntas atau RFT (Release From Treatment)? Berbagai kendala ada penderita yang putus obat dengan berbagai alasan dari mulai menganggap dirinya sudah sembuh meski belum tuntas berobat, ada yang tidak nyaman dengan efek samping, sampai dengan kendala kendala subyektif yang lain seperti repot danmenganggapnya tidak penting.

Penderita memang mempunyai hak untuk tidak minum obat jika dilihat dari perspektif hak sebagai pasien. Namun dalam sisi epidemiologis, kita sebagai petugas kesehatan masyarakat wajib mengantisipasi penyebaran penyakit menular, meskipun kusta itu penyakit menular yang terabaikan. Justru karena terabaikan ini cenderung lepas dari monitor dan kontrol kita sebagai petugas kesehatan. Hingga akhirnya penularan pun terjadi tanpa kontrol.

Dampaknya itu, yang tidak kita inginkan, yakni penularan berlanjut, tingkat cacat, kusta pada anak dsb. Dimana semua orang yang menjadi kontak eratnya juag mempunyai hak untuk hidup sehat, bebas dari tertular penyakit itu. Anak, anak,keluarga, tetangga, teman kerja penderita itu mempunyai hak untuk sehat yang harus kita jaga dan lindungi.

Penderita tidak bisa ego dengan memikirkan dirinya sendiri saja, merasa berhakmenolak pengobatan dan mengabaikan hak lain untuk sehat. Itu tak mengapa jika penyakit yang diderita adalah penyakit tidak menular,dia sendiri yang akan menanggung kerugian itu. Meskipun keluarga juga akan secara tidak langsung menerima dampak kerugian tersebut.

Namun kusta ini penyakit menular, dimana Indonesia menjadi juara 3 dunia dalam beban kusta. Ini bukan main-main. Dari peringkat ini pun akan ada dampaknya di level dunia, yang pastinya penderita yang ego ini tidak sampai berpikir jauh kesana. Bagaimana dunia memandang kita? Bagaimana investor dunia memandang sehat atau tidaknya iklim investasi di Indonesia, bagaimana sektor ekonomi dan pariwisata akan berkembang dengan peringkat hebat dunia dalam penyakit menular? Alih alih memikirkan cadangan devisa akan turun? penderita yang ego ini memang hanya memikirkan diri sendiri dalam zona nyamannya. 

Untuk kepentingan yang lebih besarm untuk menghormati dan menjaga hak-hak orang lain yang mempunyai resiko terbesar tertular penyakit ini, kita tidak tinggal diam. Tuntas berobatnya pasien adalah keharusan, dilihat dari kewajiban kita menghentikan penyebaran penyakit menular ini. Maka sah-sah saja kita lebih meneguhkan komitmen karena kita tidak bisa menjadi pengawas minum obat. Yakni dengan sebuah surat pernyataan bersedia berobat. Ini pernyataan, sebuah public comitment yang dinyatakan oleh penderita bahwa dia bersedia menjalani pengobatan sesuai aturan sampai tuntas. 

Faktanya, manusia jika menulis Goalnya, terbukti 38% tercapai. Dan manusia yang melaporkan komitmenntya ke publik 78 % tercapai. Dan jika hidup sehat adalah hak dari semua kontak erat pasien kusta, mengapa tidak kita libatkan mereka jika pasien tersebut akan menolak berobat? apakah mau mereka sakit tertular penyakit dari pasien ini? tentu tidak. Jadi dengan adanya surat pernyataan menolak menerima pengobatan pun ini akan membuat pasien berpikir dua kali sebelum memutuskan berhenti berobat, karna kontak erat pun tidak akan bersedia tertular. Justru kontak erat pasien seharusnya mampu mendukung pasien ini berobat sampai tuntas.


 

oleh: Bagus Johan Maulana, SKM. Wasor Kusta Kab.Tegal

Saturday, July 28, 2018

OPINI: Bagaimana mencapai Eliminasi kusta dengan Langkah Monitoring sederhana?

Bisakah 2019 Kab. Tegal Eliminasi? apa indikator prosesnya? bagaimana cara mengontrolnya?

Sesuatu yang tidak bisa diukur, cenderung kita abaikan dan pada akhirnya lepas dari kontrol. Bagaimana sebuah program, keinginan, cita-cita, target, tujuan akan tercapai? baik jangka pendek maupun jangka panjang? tentunya butuh sebuah ilmu monitoring.




Sebenarnya ini ilmu mudah, sederhana, simple steps. Bahkan, sebenarnya segala pencapaian besarpun bisa berawal dari sebuah langkah sederhana ini. Layaknya orang yang ingin turun berat badannya, hanya perlu 3 langkah sederhana, (three Simple steps):

1. Sediakan timbangan berat badan
2. Kurangi makan 20% dari biasanya
3. Tambah gerak 20% dari biasanya.

Jika tidak ada timbangan, anda akan luput dari kontrol. Lalu dimanakah sebaiknya letak timbangan agar kita bisa terus mengukurnya? Sediakan saja antara kamar tidur Anda dengan kamar mandi. That's Simple step pertama. Banyak orang takut dengan timbangan karna tidak ingin mengetahui berat badannya, frustasi, stres karna sulitnya menurunkan berat badan. Namun itu naif, bagaimana mungkin tujuan diet akan tercapai jika tidak ada ukurannya?

Lalu, Bagaimana caranya mengurangi makan? apakah harus puasa setiap hari? apakah harus menggunakan suplemen tertentu yang membuat kita merasa kenyang? apa perlu pengurangan lemak dengan suplemen tertentu? 

Tidak!, kurangi makan secara rutin secara sadar Anda kurangi 20% saja dari biasanya. Yang tadinya makan sepiring penuh, kurangi seperlimanya, perbanyak minumnya, selesai. That's Simple step kedua! tidak perlu kita mengurangi makan dengan drastisnya, otak bawah sadar kita akan menuntut 'balas dendam' dengan makan banyak kembali nantinya.

Lalu, simple step ketiga adalah memperbanyak energi yang dikeluarkan, gerak, aktivitas ditambah 20% saja dari biasanya. Tidak perlu melakukan olahraga ekstra berat untuk dapat menurunkan berat badan. Cukup dengan memarkir kendaraan agak jauh dari tempat yang Anda tuju, cukup dengan jalan melalui tangga menggantikan lift di kantor Anda, itu cukup menambah aktivitas.

Dari one, two, three itu saja, dijamin langsing!, yang penting Anda fokus saja dulu sama tiga simple steps itu dulu.

Sama dengan target pribadi Anda yang lain, Anda ingin apa? Target kantor? program? Eliminasi kusta tahun 2019? Why not?

Monitoring ini sebuah ilmu yang sederhana, apa target Eliminasi kusta yang bisa diukur? yaitu prevalensi harus kurang dari 1, artinya jumlah pasien yang sedang berobat harus kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Jelas targetnya.

Lalu bagaimana caranya untuk mencapai itu? Jika tahun 2018 ini kita tidak menambah temuan pasien baru apakah bisa membantu? Ya, bisa, pasti 2019 eliminasi kusta tercapai, namun itu juga naif, karena tahun berikutnya 2020 dan seterusnya bisa terjadi akumulasi pasien yang seharusnya ditemukan sekarang, menggunung terlambat terdeteksi, yang berakibat, yaitu:
1. Dicabut kembali status eliminasi kusta 2019
2. Angka cacat tk. II akan naik karna terlambat terdeteksi
3. Angka kusta pada anak akan tinggi karna penderita dewasa sudah terlanjur menularkan ke anak
Tentunya bukan demikian yang ingin kita capai.

Apa yang harus dilakukan agar 2019 benar-benar eliminasi kusta? pada intinya menemukan pasien sebanyak banyaknya dan mengobati mereka sampai sembuh, maka otomatis prevalensi kita akan turun. It takes three simple steps diatas, ayo terapkan, yaitu:
1. Temukan penderita kusta baru
2. Obati penderita sampai tuntas
3. Monitor dan laporkan indikator prosesnya

Langkah pertama, temukan penderita baru. Bagaimana cara memonitornya? apa indikatornya? apa goalnya? Coba jawab dulu pertanyaan berikut ini:
1. Berapa target penemuan kusta di Puskesmas Anda tahun 2018 ini?
2. Sudah berapa pasien baru yang Anda temukan? kurangnya berapa? lalu, 
3. Per bulan harus menemukan berapa pasien baru?

Jika kita secara rutin melakukan monitoring ini, kita jelas sudah sampai dimana langkah kita untuk menuju impian yang kita inginkan yaitu prevalensi. Coba amati, lakukan tiap minggu sudah berapa pencapaian kita itu.  Jika minggu ini belum bertambah pasien baru, lakukan pemeriksaan kontak erat, siapa saja pasien yang belum dikunjungi? coba lihat pasien lama yang ditemukan 2012- 2015, atau siapa pasien baru yang belum dikunjungi? 

Kunjungi mereka, sediakan waktu 1 hari dalam sepekan untuk mengunjungi mereka. Lakukan.

Langkah kedua, Obati penderita sampai tuntas, lihat buku monitoring, adakah yang putus obat? adakah yang sdh masuk jadwal kontrol namun belum datang? jika ada, hubungi kontak person mereka. Tentunya Anda harus mempunyai kontak personnya. Jika tidak punya nomor Hp yang bisa dihubungi, apa yang akan Anda lakukan? surat? melalui bidan desa? pamong desa? Jika tidak datang, apa yang akan Anda lakukan? kunjungi rumahnya.

Lantas, siapa saja yang sudah mengambil obat? apakah anda selalu menulisnya dibuku monitoring? buku penderita? kartu berobat?
Siapa saja yang sudah selesai berobat? Sudahkah Anda catat status pengobatan terakhirnya di buku monitoring? RFT kah? Defaultkah? 
Siapa saja yang mengalami reaksi, apakah sudah anda beri pertolongan sesuai tatalaksana? apakah sudah anda catat di semua dokumen? 

Kesalahan dalam pencatatan ini akan berakibat naiknya angka prevalensi, beberapa kali kita temukan pasien sudah diobati namun karna tidak ditandai status pengobatan terakhirnya maka dianggap pasien tersebut masih berobat. Maka jangan heran jika angka prevalensi kita masih tinggi.

Langkah ketiga, Monitor dan Laporkan proses ini. Buat papan monitor, jika tidak memungkinkan, buat kertas tabel, mingguan, yang memuat:

1. Apakah minggu ini anda sudah menemukan pasien baru sesuai target?
2. Apakah minggu ini Anda sudah melakukan pemeriksaan kontak erat pasien baru?
3. Apakah minggu ini Anda sudah melakukan pemeriksaan kontak erat pasien lama?
4. Apakah minggu ini Anda sudah memeriksa siapa saja yang seharusnya kontrol mengambil obat?
5. Apakah minggu ini ada kegiatan pemeriksaan aktif kusta seperti Intensif Case Finding? Rapid Village Survey? pemeriksaan anak sekolah?

Kasih tanda centang (v), kasih tanda wajah lingkaran senyum, jika Anda dalam 1 bulan berturut turut melakukan proses itu. Jika Anda gagal, kasih tanda lingkaran wajah sedih. Kenapa harus demikian? Karena itu adalah reward and punishment dalam sistem monitoring yang akan lebih menguatkan langkah Anda. Otak manusia hanya mencari nikmat dan menghindari sengsara, maka perlu reward anda punishment meskipun itu hanya sederhana berbentuk gambar wajah senyum dan wajah sedih. 

Dan langkah ampuh berikutnya adalah secara kontinyu, seminggu sekali, laporkan tabel/ papan monitoring itu, ke teman anda, ke atasan anda, ke group WhatsApp programer kusta, atau lainnya. Percaya atau tidak, monitoring yang dilaporkan ke orang lain, atau publik akan menghasilkan suatu tanggung jawab yang beda dalam kinerja. Laporkan ke atasan anda, minta tanda tangan bahwa laporan anda telah diketahui, meskipun dia tidak memintanya.

Tiga Simple steps ini akan mengarahkan anda baik goal yang besar dipecah menjadi goal goal jangka pendek, mengarahkan langkah anda menuju target Eliminasi kusta 2019. Demikian, pasti bermanfaat! Salam karya. (28/7)

ditulis oleh: Bagus Johan Maulana, SKM 
Sumber: Berbagai buku dan Audio book tentang manajemen 

Wednesday, July 18, 2018

Dinkes berikan 264.047 tablet obat cacing tahun ini

"ekor cacing menurunkan 3,75 point IQ, anak kita bisa turun kecerdasannya" demikian ujar Amat Kiswandi, SKM, MM, Kabid P2P mengutip data WHO tahun 2005.

Kerugian yang dialami akibat kecacingan luar biasa, jika dihitung finansial setahun kita rugi Rp 42.356.986.912,- sedangkan kehilangan protein jika diuangkan adalah Rp 509.593.827.511,- tiap tahunnya karena karbohidrat dan protein yang dikonsumsi manusia tidak diserap oleh tubuh melainkan dimakan cacing. 

                        



Hal tersebut disampaikan dalam rapat kordinasi program kecacingan di Aula Dinkes, Kamis pagi (19/7). Kiswandi menambahkan "belum kerugian yang lain seperti kehilangan darah bisa sampai 57.632.635 liter/th. SDM kita bisa rendah karena dengan anemia maka produktivitas menurun, akibatnya adalah sosial ekonomi kita rendah. Belum efek pada ibu hamil dan Bayi dengan berat badan lahir rendah resikonya adalah kematian. Anak-anak juga bisa mengalami Gizi Buruk" imbuhnya.

Beberapa Cacing yang masuk program pemberian obat cacing adalah CACING GELANG ( Ascaris lumbricoides ), CACING CAMBUK ( Tricuris trichiura ), CACING TAMBANG (Ankylostoma Duodenale, Necator Americanus)

Kasi P2PM Ari Dwi Cahyani, SKM, M.Kes menjelaskan bahwa Kabupaten Tegal sendiri adalah wilayah dengan nilai prevalensi kejadian kecacingan sedang (20-50%), jadi program pemberian obat cacing adalah 1x tiap tahun. Obat yang diberikan bernama Albendazole 400mg yang bisa membunuh cacing, telur dan larvanya sekalian.

Program ini akan dilaksanakan sepanjang Juli - September 2018 di seluruh wilayah Kabupaten Tegal. Maka perlu kerjasama lintas sektoral yang baik untuk mensukseskannya terutama PAUD dan SD/MI. Anak usia 1-2 thn akan diberikan obat separuh tablet, dan anak 2-12 tahun 1 tablet. Tahun 2018, program ini sudah berjalan masuk ke tahun keempat di Kab. Tegal dan akan berjalan sampai dengan tahun ke 5 atau 6 (2019/2020).

Tahun 2018, jumlah sasaran adalah 282.189 anak dan Dinkes akan membagikan sekitar 264.047 tablet Albendazole 400 mg.

Tentunya program pemberian obat cacing ini tidak bisa memutuskan mata rantai penularan kecacingan tanpa didukung perilaku hidup dan bersih dari masyarakat seperti cuci tangan pakai sabun, tidak buang air besar sembarangan, menggunakan alas kaki dan kebiasaan menggunting kuku.




Tuesday, July 17, 2018

Monitoring ketat agar Kabupaten Tegal bisa Eliminasi Kusta tahun 2019

Mengejar target Kab. Tegal Eliminasi kusta 2019, berbagai langkah dilakukan Dinas Kesehatan Kab. tegal yaitu dengan mengadakan ICF Intensif Case Finding dan Pemeriksaan Kontak kusta baik penderita baru maupun penderita lama.







Ari Dwi Cahyani, SKM, M.Kes, Kasie P2PM Bidang P2P Dinkes Kab. Tegal menuturkan bahwa strategi ini yang sudah terbukti bisa meningkatkan penemuan kasus baru kusta. Kasus kusta yang selama ini belum terdeteksi kemungkinan akan terjaring dengan ICF dan Pemeriksaan kontak.

Ari menjelaskan "ICF akan dilaksanakan Juli - September 2018, dan pemeriksaan kontak akan dilaksanakan rentang waktu Juni - Oktober 2018".

ICF adalah pencarian kasus kusta baru dengan cara pemberdayaan masyarakat dalam mengenal, mencari bercak mati rasa yang diduga kusta. Masyarakat akan diberi penyuluhan mengenai tanda kusta yang paling mudah dikenali, yakni bercak putih atau kemerahan pada kulit yang mati rasa. Itu adalah salah satu tanda utama dari penyakit kusta.

Jika menemukan anggota keluarganya yang mempunyai bercak mati rasa ini, esoknya akan dibawa dan diperiksa petugas Puskesmas di tempat tertentu yang telah disepakati, misalkan balai desa atau rumah warga. Lalu akan diperiksa lebih intensif sensasi mati rasa dengan menggunakan kapas. Disitu nanti jelas apakah dia kusta atau bukan, atau memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pemeriksaan kontak kusta adalah dengan mengunjungi ke rumah penderita kusta baik penderita yang baru ditemukan (2018) maupun penderita lama yang ditemukan dari 2012 sampai dengan 2015. Tujuannya adalah memeriksa anggota keluarga serta tetangga sekitar rumahnya apakah ada tanda-tanda penularan. Karna kusta menular melalui pernafasan, maka rumah tetangga terdekat dari rumah penderita juga perlu diperiksa.

Dengan ini diharapkan akan menemukan kasus kasus yang tersembunyi yang belum terlaporkan. Pemeriksaan ini akan dilakukan benar-benar intensif sesuai standart pemeriksaan fisik pasien terduga kusta, yaitu melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), test fungsi saraf (motorik, sensorik), serta test rabaan penebalan saraf tepi (palpasi).

Dijelaskan Ari, bahwa sasaran ICF kali ini adalah 10 wilayah Puskesmas dengan kasus kusta tinggi yaitu Puskesmas Adiwerna, Pagiyanten, Pagerbarang, Margasari, Pangkah, Kaladawa, Kedungbateng, Kambangan , Kupu, Dukuhwaru. Total ada 39 lokasi dari 10 desa tersebut. Masing-masing lokasi ditarget 200 Kepala keluarga (rumah).

Sedangkan untuk pemeriksaan kontak kusta semua Puskesmas wajib melaksanakannya dengan target pasien baru sejumlah total 247 dan pasien lama sejumlah 766 orang se Kabupaten Tegal. Masing-masing dari pasien itu dilakukan pemeriksaan kontak minimal kepada 20 orang terdekatnya.

Anggaran telah dipersiapkan untuk ICF dan Pemeriksaan kontak, berasal dari APBD II, APBD I dan dana BOK Puskesmas. Untuk mencapai eliminasi 2019 ini Kabupaten Tegal harus mencapai angka prevalensi penderita kusta (angka kesakitan penderita baru dan lama yang masih berobat) dibawah 1 per 10.000 penduduk. 

"Bersyukur, penemuan kasus baru sampai dengan bulan Juli ini sudah 60%, itu hasil kerja keras petugas Puskesmas melalui pemeriksaan kontak dan ICF yang sedang berlangsung". Dia berharap melalui kegiatan ini dan monitoring ketat, akan bisa mencapai target penemuan kasus baru sejumlah 247 tahun ini. 

"Kami akan pantau terus progress tiap bulan, agar eliminasi 2019 bisa tercapai"  tandas Ari.