Audio Bumper

Thursday, February 22, 2018

Konstanta Epidemiologi



Dalam matematika kita mengenal istilah konstanta. Kontanta juga dipakai dalam epidemiologi, ilmu mengenai penyebab dan penyebaran penyakit di masyarakat. Sebagai contoh saat kita menghitung Case Detection Rate (CDR) kasus kusta atau angka penemuan kasus baru.

Target CDR adalah 1,56 per 10.000 penduduk.

Lihat, dalam dalam target di atas, konstanta yang digunakan adalah memakai angka 10.000 (penduduk).

Capaian CDR suatu wilayah =  Jumlah kusta baru      x Konstanta 
                                                 Jumlah Penduduk

Konstanta untuk menghitung CDR bisa memakai 10.000 atau 100.000 , mana yang benar? semuanya benar. 

Dalam matematikakonstanta atau tetapan adalah suatu nilai tetap; berlawanan dengan variabel yang berubah-ubah. Konstanta digunakan dalam berbagai disiplin ilmu sains. Beberapa konstanta diberi nama menurut nama penemunya.
Contoh konstanta:
·         c (kecepatan cahaya) = 299.792.458 meter per detik.
·         h (konstanta Planck) = 6.626 x 10-34 Joule detik.
·         G (konstanta gravitasi) = 6.6742 x 10-11 m3 s-2 kg-1
·         Konstanta Hubble = 70 (km/s)/Mpc.
·         π (pi), konstanta rasio lingkaran terhadap diameternya, nilainya mendekati 3,141592653589793238462643...
·         e, nilainya mendekati 2,718281828459045235360287...
·         φ (rasio emas), nilainya mendekati 1,618033988749894848204586, atau dalam aljabar .


x

Namun kadang yang membuat tenaga epidemiolog bingung adalah kenapa Konstanta dalam epidemiologi tidak tetap? seperti halnya dalam menghitung CDR kusta tersebut diatas dikatakan boleh menggunakan 10.000 atau 100.000 ? Semuanya boleh dipakai tergantung bagaimana kita menyebutnya. Lebih jelasnya kita gambarkan dalam contoh perhitungan sbb:

Misal, Puskesmas Dukuhwaru mempunyai jumlah penduduk 59.884 jiwa, dan Kab Tegal mempunyai penduduk sejumlah 1.429.386 jiwa. Jika ditanya berapa target CDR Puskesmas Dukuhwaru? jawaban adalah:

Target CDR umum adalah 1,56 per 10.000 penduduk, maka target CDR Kusta Pusk Dukuhwaru adalah:

 1,56       x 59.884  = 9,3 pasien, dibulatkan menjadi 9 pasien
10.000

dan target CDR Kusta Kab Tegal adalah:

 1,56       x 1.429.386  = 223 pasien
10.000

Artinya Puskesmas Dukuhwaru harus menemukan 9 pasien dalam setahun. Kabupaten Tegal harus menemukan pasien kusta baru sejumlah 223 pasien.

Lalu, bolehkah menggunakan Konstanta 100.000 untuk perhitungan ini? Boleh! asal angka target menyesuaikan, artinya:

1,56 per 10.000 itu sama dengan 15,6 per 100.000

Jika diaplikasikan untuk menghitung, maka hasilnya akan sama. Berikut contoh target CDR Puskesmas Dukuhwaru menggunakan konstanta 100.000:

    15,6       x 59.884  = 9,3 pasien (dibulatkan menjadi 9 pasien)
 100.000

Untuk target CDR Kab.Tegal sbb:
  15,6       x 1.429.386  = 223 pasien
100.000

Jadi jika Pusk Dukuhwaru mendapatkan 9 pasien dalam setahun itu maka disebut Pusk Dukuhwaru mencapai angka  targetnya yaitu angka absolut 9, serta mencapai angka CDR yaitu 1,56 per 10.000 penduduk, boleh saja mengatakan Pusk Dukuhwaru mencapai angka CDR yaitu 15,6 per 100.000 penduduk. Namun Konstanta yang lazim digunakan dalam kusta adalah memakai 10.000 penduduk karna wilayah Puskesmas itu penduduknya tidak sampai lebih dari 100.000. 

Lalu Bagaimana menghitung capaian CDR kita? seandainya Puskesmas Dukuhwaru hanya mendapatkan 7 pasien, berapakah capaian CDRnya? jawabanya adalah sebagai berikut:

Jika capaian kasus 7 orang, maka  jumlah penemuan kasus   x 10.000 (konstanta)
                                                        jumlah penduduk
=        7             x 10.000   = 1,17 (per 10.000 penduduk)
      59.884

bisa disebut, Puskesmas Dukuhwaru hanya menemukan 1,17 pasien per 10.000 penduduk.

Boleh kita menggunakan konstanta 100.000 ? untuk menghitung diatas? Boleh! dengan perhitungan seperti berikut ini:

=        7             x 100.000   = 11,7 (per 100.000 penduduk)
      59.884

boleh disebut, Puskesmas Dukuhwaru hanya menemukan 11,7 pasien kusta baru per 100.000 penduduk.

Jadi, perhitungan menggunakan konstanta akan menghasilkan bagaimana cara kita menyebut hasilnya "per sekian penduduk", tergantung penyebutnya. Lain halnya dengan angka prosentasi yang biasa kita hitung dengan cara demikian :

Capaian   x 100%
 Target

7  x 100 %   = 77,8 persen
9

Sekian,semoga bisa membantu menjelaskan apa itu konstanta. Terimakasih.





by: Johan. terinspirasi dari Ahmad Thoha Faz Penemu Matematika Detik

Tuesday, February 20, 2018

Analisa Tahunan Kusta


Sebuah program harus di monitor dan evaluasi dari berbagai indikator. Demikian pula kusta, ada beberapa indikator yang bisa dianalisa secara periodik tahunan, biasa dikenal sebagai "data pokok kusta", diantaranya:

1. Jumlah penduduk
2. Jumlah Desa
3. Jumlah desa yang ada penderitanya
4. Jumlah penderita yang terdaftar (masih berobat) pada bulan desember PB (untuk menghitung prevalensi)
5. Jumlah penderita yang terdaftar (masih berobat) pada bulan desember MB (untuk menghitung prevalensi)
6. Jumlah TOTAL penderita yang terdaftar (masih berobat) pada bulan desember PB + MB (untuk menghitung prevalensi)
7. Prevalensi Rate
8. Jumlah penderita baru pada jan- Des kasus PB (untuk menghitung CDR) 
9. Jumlah penderita baru pada jan- Des kasus MB (untuk menghitung CDR) 
10. Jumlah TOTAL penderita baru pada jan- Des kasus PB + MB (untuk menghitung CDR)  
11. CDR (Case Detection Rate)
12. Proporsi MB (kasus baru MB dari seluruh kasus baru)
13.  Cacat tingkat 1 pada penderita baru
14. Cacat tingkat 2 pada penderita baru
15. Proporsi Cacat tk.2 dari total penderita baru
16. Jumlah kasus baru, anak PB
17. Jumlah kasus baru, anak MB
18. Jumlah Total kasus anak (baru)
19. Proporsi kasus anak dari total kasus baru
20. Jumlah penderita PB baru, diberi obat
21. Jumlah penderita MB baru, diberi obat
22. Jumlah TOTAL penderita PB+ MB, diberi obat
23. Cakupan MDT (proporsi penderita yg diberi obat dari total penderita baru)
24. Jumlah penderita PB yang RFT di tahun berjalan
25. Jumlah penderita MB yang RFTdi tahun berjalan
26. RFT PB (proporsi di tahun berjalan)
27. RFT MB (proporsi di tahun berjalan)
28. Jumlah penderita DEFAULT
29 Jumlah penderita OOC (lost kontak)
30 Jumlah penderita Kambuh
31. Jumlah penderita masuk kembali
32. Jumlah penderita reaksi berat type I
33. Jumlah penderita reaksi berat type II (ENL)
34. Jumlah TOTAL penderita reaksi berat


Tuesday, February 6, 2018

Pelaporan Monitoring Kusta yg baik

 


Salah data, fatal

Kesalahan data akan mengakibatkan kesalahan pengambilan kebijakan karna data tersebut adalah sumber bagi pengambil keputusan. Sistem Pengamatan Penyakit perlu dilakukan secara cermat dan terus menerus . 


Di era percepatan komunikasi dan informasi seperti sekarang ini penggunaan media komunikasi seperti phone cell Android dengan aplikasi WhatsApp (WA) sangat aplikatif dan membantu dalam pelaporan pengamatan penyakit.

Termasuk Kusta, penyakit yang membutuhkan pemantauan secara kontinyu ini perlu diketahui kapan dia ditemukan, keteraturan minum obat, tanda-tanda reaksi, dan kapan dia dinyatakan Release From Treatment (selesai pengobatan). Pemantauan tersebut tertuang dalam Laporan Monitoring pasien yang dilaporkan per Tri Wulan (TW).

Berikut ini beberapa tips untuk memperlancar laporan TW Kusta dengan cepat dan tepat:

1. Pelajari Tata cara mengisi Laporan TW Kusta
     Ketahui dahulu kolom apa yang harus diisi dan bagaimana cara mengisi, termasuk kode atau               lambang tertentu seperti kode desa, kode Meninggal, kode ganti type, kode pindah, Lambang               reaksi, lambang reaksi berat berulang ENL. Untuk petunjuk bagaimana cara mengisi laporan TW       ada disini: http://surveilans.blogspot.co.id/2017/08/petunjuk-pengisian-buku-register.html

2.  Lengkapi data segera setelah pelayanan
     Semua yang terlapor dalam laporan TW Kusta adalah semua pasien kusta baik yang ditemukan           baik baru maupun lama. Catat dengan lengkap tiada yang terlewati seperti kode desa, register             pasien (urutan ditemukan di tahun tersebut), sampai dengan tingkat cacat saat awal ditemukan.           Cek kembali semua laporan yang telah ditulis, dan lebih baik menulis laporan buku monitoring           tersebut segera setelah menemukan pasien, melakukan pemeriksaan dan memberikan pengobatan.       Ketertiban mengisi laporan ini segera setelah memberikan pelayanan kusta akan sangat                        menunjang kelengkapan laporan.

3. Gunakan teknologi dengan baik
     Untuk menunjang ketepatan laporan, maka dibutuhkan kecepatan dalam laporan. Dalam hal ini           membutuhkan keterampilan dalam melaporkan dengan media seperti WA dari HP Android.                 Laporan yang butuh dikirim cepat bisa melalui foto. Foto harus dilakukan dengan pencahayaan           yang terang, dan posisi kamera yang stabil sehingga bisa terbaca dengan baik. Atau jika berupa           file komputer anda bisa mengirimkannya melalui email, atau file terlampir di WA

4. Cek kelengkapan yang terkirim
     Cek sekali lagi dalam pengiriman melalui Handphone apakah benar semua lembar yang perlu             dilaporkan sudah terkirim, jangan sampai ada lembar yang tertinggal karna ini bisa berakibat data       tidak lengkap bahkan laporan pasien RFT yang tidak terkirim akan mengakibatkan angka                     prevalensi tetap tinggi padahal si pasien sudah RFT. Laporan yag harus dikirimkan adalah semua         pasien kusta yang ditemukan di TW tersebut, semua pasien yang sedang berobat di TW tersebut,         serta semua pasien lama yang berakhir pengobatan di TW tersebut. 
    
5. Susulkan hardcopi (berkas fisik) 
     Laporan resmi berkas fisik dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan tetap dilaporkan segera sebagai           bukti otentik laporan.