Audio Bumper

Sunday, June 28, 2020

VARIABILITAS CUACA DAN ASOSISASINYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN TEGAL

Perubahan Perilaku Nyamuk Demam Berdarah Terkait Iklim dan ...

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit tular vektor yang menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Perubahan cuaca dan perubahan iklim secara tidak langsung mempengaruhi kejadian demam berdarah dengue. Kesesuaian elemen cuaca seperti curah hujan, suhu udara dan kelembapan udara dengan habitat nyamuk Aedes aegypti dapat meningkatkan risiko terjadinya kasus DBD di suatu daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara variabilitas cuaca dan kejadian DBD di Kabupaten Tegal tahun 2012-2018. Desain penelitian ini adalah ecological study atau peneitian dengan unit analisis tingkat populasi. Data di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan menggunakan uji korelasi (spearman) untuk mengkorelasikan hasil indeks moran pada variabilitas cuaca dengan morbiditas demam berdarah. Hasil analisis variabilitas cuaca yaitu curah hujan (p = 0,879; r = 0,071), suhu udara (p = 0,023; r = -0,821) dan kelembapan udara (p = 0,879; r = -0,071). Variabel yang menjadi faktor risiko dalam kejadian DBD di Kabupaten Tegal adalah suhu udara. Kabupaten Tegal memiliki kondisi variabilitas cuaca yang berpotensi meningkatkan peluang terjadinya DBD sehingga diharapkan adanya upaya seperti mitigasi untuk menahan laju perubahan iklim, dan adaptasi dalam menghadapi dampak yang akan terjadi terutama terkait dengan pemberantasan DBD.

Artikel ilmiah oleh:
Fitra Tresna Asih Arieskha, Mursid Rahardjo , Tri Joko

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Jalan Prof. Soedarto, SH Tembalang, Semarang, 50275


DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2017

Corona vs DBD di Indonesia, Siapa yang Lebih Ganas? DBD Sudah ...

Demam Berdarah Darah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit DBD muncul sepanjang tahun dan menyerang seluruh kelompok umur, penyakit ini berkaitan dangan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Kabupaten Tegal merupakan kabupaten dengan Case Fatlity Rate (CFR) tertinggi di Jawa Tengah pada tahun 2016 yaitu 4,6 %. Pembahasan : Artikel ini bertujuan untuk mengetahui distribusi penyakit DBD di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2017. Metode : Metode penelitian artikel ini adalah dengan pengumpulan data melalui studi pustaka, studi dokumen data-data sekunder, data dianalisis dengan mereduksi data, kompilasi, dan sajian data, dan terakhir penarikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan : Jumlah penderita DBD di Kabupaten Tegal yang dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 610 kasus dengan jumlah kematian 20 orang, 340 berjenis kelamin lakilaki, 270 perempuan.

Artikel ilmiah oleh: Muhamad Zakki Saefurrohim , Isnaini Alfazcha Zukhruf
Kata kunci : Epidemiologi, DBD

ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN TEGAL MENGGUNAKAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF

Demam Berdarah - Pengertian, Gejala, Penyebab, Faktor Risiko ...

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti Pada tahun 1994 kasus DBD mulai menyebar ke 27 propinsi di Indonesia, termasuk Provinsi Jawa Tengah khususnya Kabupaten Tegal. Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal mencatat banyak kasus DBD di Kabupaten Tegal pada tahun 2014 mencapai 526 Kasus. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pencegahan penyakit DBD di Kabupaten Tegal. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah kasus DBD tahun 2014, sedangkan variabel independen yaitu jumlah puskesmas, tenaga kesehatan, jumlah penduduk, pelaksanaan pengasapan (fogging), dan rumah tangga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, regresi poisson dan regresi binomial negatif. Sebelum melakukan analisis regresi poisson ada asumsi yang harus dilakukan, yaitu uji multikolinieritas untuk mengetahui hubungan antar variabel independen. Regresi poisson merupakan salah satu regresi nonlinier yang sering digunakan untuk memodelkan variabel respon berupa bilangan cacah. Model regresi poisson mempunyai asumsi equidispersi, yaitu dimana nilai mean dan variansi dari variabel respon bernilai sama. Hasil dari analisis regresi poisson ini adalah variabel jumlah puskesmas, tenaga kesehatan, jumlah penduduk, pelaksanaan pengasapan (fogging), dan rumah tangga pola hidup bersih dan sehat (PHBS) berpengaruh terhadap penyakit DBD, namun pada kenyataannya terjadi pelanggaran asumsi pada regresi poisson yaitu terjadinya overdispersi (nilai variansi lebih besar dari nilai meannya) sehingga model regresi poisson tidak tepat digunakan dalam penelitian ini. Maka langkah yang tepat untuk mengatasi terjadinya overdispersi yaitu dengan menggunakan regresi binomial negatif. Hasil dari analisis regresi binomial negatif ini hanya didapat variabel pelaksanaan pengasapan (fogging) yang berpengaruh terhadap penyakit DBD di Kabupaten Tegal. Kata kunci: multikolinieritas, overdispersi, regresi poisson, regresi binomial negatif.

Artikel ilmiah Oleh: Zami Amirudin Program Studi Statistika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia 

Artikel ilmiah: EVALUASI INPUT SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE DI DINAS KESEHATAN KAB. TEGAL


Surveilans DBD merupakan salah satu kegiatan dalam pencegahan dan pengendalian kasus DBD. Tujuan penelitian untuk mengetahui input sistem surveilans Demam Berdarah Dengue di Dinas Kesehatan Kab. Tegal. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan desain fenomenologi. Infoman dalam penelitian ini terdiri dari 3 informan utama dan 4 informan triangulasi yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan data berupa wawancara mendalam. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan tenaga (man) surveilans DBD belum sesuai pedoman. Sarana dan prasarana (material-machine) yang meliputi ketersediaan perangkat komputer/laptop, dan ketersediaan perangkat surveilans lain belum sesuai pedoman. Sedangkan sarana dan prasarana (material-machine) yang meliputi ketersediaan formulir surveilans DBD, ketersediaan alat tulis kantor, dan ketersediaan alat komunikasi sudah sesuai pedoman. Sasaran (market) informasi hasil surveilans sudah sesuai pedoman. Kebutuhan informasi hasil surveilans DBD sesuai dengan kebutuhan pengguna informasi. Pendanaan (money) surveilans DBD sudah sesuai pedoman. Metode (method) surveilans DBD yang terdiri dari ketersediaan pedoman evaluasi surveilans DBD dan ketersediaan SOP surveilans DBD sudah sesuai pedoman. Saran yang peneliti rekomendasikan adalah meningkatkan kemampuan dan jumlah tenaga surveilans DBD, dan meningkatkan jumlah sarana dan prasarana penunjang kegiatan surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kab. Tegal.



Author Biography
Maulana Mufidz, Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Mufidz, M. (2016). EVALUASI INPUT SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE DI DINAS KESEHATAN KAB. TEGAL. Unnes Journal of Public Health, 5(2), 156-166.

References

Chadijah, S, dkk. 2011. Peningkatan Peranserta Masyarakat dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di Dua Kelurahan di Kota Palu Sulawesi Tengah, Media Litbang Kesehatan, Vol. 21, No. 4 Tahun 2011, Hal. 183-190.

Dinas Kesehatan Kab. Tegal, 2013, Profil Kesehatan Kab. Tegal 2012, Dinas Kesehatan Kab. Tegal, Tegal.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014, Buku Saku Kesehatan Triwulan 3 Tahun 2013, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang.

Ditjen PPM dan PL Depkes RI, 2003, Surveilans Epidemiologi Penyakit (PEP) Edisi 1, Depkes RI, Jakarta.

Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2011, Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue, Kemenkes RI, Jakarta.

Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2013, Profil Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan tahun 2012, Kemenkes RI, Jakarta.

Frans, YS, Antonius S, Dibyo, P, 2010, Evaluasi dan Implementasi Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Singkawang-Kalimantan Barat tahun 2010, BALABA, Vol. 8, No. 1, Tahun 2011, Hal. 5-10.

Laras, P, 2010, Evaluasi Sistem Surveilans DBD Berdasarkan Komponen dan Atribut Surveilans di DKK Trenggalek, Thesis, Unair, Surabaya.

Lasut, D, dkk, 2009, Karakteristik Dan Pergerakan Sebaran Penderita DBD Berdasarkan Geographic Information System Sebagai Bagian Sistem Informasi Surveilans di Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat, Aspirator, Vol. 1, No. 1, Tahun 2009, Hal. 41-45.

Natalia, A, 2012, Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue Ditinjau Dari Aspek Petugas Di Tingkat Puskesmas Kota Semarang Tahun 2011, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 1, No. 2, Tahun 2012, Hal. 262 – 271.

Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI, 2010, Buletin Jendela Epidemiologi: Demam Berdarah Dengue, Kemenkes RI, Jakarta.

Rahayu, T, 2012, Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 2 (Studi di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Tengah), Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 1, No. 2, Tahun 2012, Hal. 479 – 492.

Siyam, N, 2010, Fasilitasi Pelaporan KD-RS dan W2 DBD Untuk Meningkatkan Pelaporan Surveilans DBD. KEMAS, Vol. 8, No. 2, Tahun 2013, Hal. 113-120.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit AlfaBeta, Bandung.

Sulistya, 2006, Evaluasi Kegiatan Pelaksanaan Surveilans Malaria Di Dinas Kesehatan Kab.Sleman Tahun 2005, Thesis, Undip, Semarang.

Sukowinarsih, ET, 2010, Hubungan Sanitasi Rumah dengan Angka Bebas Jentik Aedes Aegypti, KEMAS, Vol. 6, No. 1, Tahun 2010, Hal. 30-35.

Widiarti, dkk, 2009, Deteksi Antigen Virus Dengue pada Progenl Vektor Demam Berdarah dengan Metode Imunohistokimia, Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 37, No. 3, Tahun 2009, Hal. 126-136.

Wuryanto, MA, 2008, Surveilans Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Permasahannya Di Kota Semarang Tahun 2008, Disajikan pada Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif, 13 Maret 2010, Semarang.

Monday, June 22, 2020

Infeksi Dengue di Kabupaten Tegal yang dirawat pada tahun 2019

Total ada 1834 kasus infeksi dengue yang menyerang warga Kabupaten Tegal di Tahun 2019.  Mereka dirawat tersebar di beberapa Rumah Sakit. Rumah Sakit yang merawat paling banyak penderita Dengue warga Kabupaten Tegal adalah RSUD Dr. Soeselo dengan 684 pasien. Kedua pasien Dengue terbanyak adalah RSI PKU Muhammadiyah dengan 455 pasien. Ketiga terbanyak adalah RSI Harapan Anda, meskipun letaknya di Kota Tegal namun cukup banyak warga Kabupaten Tegal yang dirawat karena Dengue disana, yaitu sejumlah 312 pasien.


Daftar jumlah pasien indeksi Dengue di Kabupaten Tegal yang dirawat inap pada tahun 2019:

RSUD Dr. Soeselo 684
RSI PKU Muhammadiyah 455
RS Harapan Anda Kota Tegal 312
RSUD Suradadi 91
RS Palaraya 77
RS Kardinah 64
RS TK.IV DKT 52
RS Adella 48
RS Mitra siaga 42
Puskesmas Jatinegara 3
RS Hawari essa 3
RS Mitra Keluarga Kota Tegal 2
RS Dr. Azhari Kota Tegal 1
 

Monday, May 25, 2020

Dosis insektisida

Dosis Insektisida Untuk Fogging dan ULV

DOSIS INSEKTISIDA UNTUK PENGASAPAN/FOGGING DAN ULV
NoJenis InsektisidaDosis Insektisida
Merk DagangBahan AktifGolonganPenyemprotan FoggingPenyemprotan ULV
1Gintanthion (Malathion 96%)MalathionOrganphosphat480-500 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah/ per HaMurni (100%)
2Malathion 95 ECMalathionOrganphosphat480-500 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah / per HaMurni (100%)
3Drexelthion 96 TCMalathionOrganphosphat480-500 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah / per HaMurni (100%)
4Actelic 500 ECMetil PirimifosOrganphosphat150-200 ml dlm 10 ltr Solar/ Minyak tanah/ per Ha200-400 ml/liter Solar/ Minyak tanah/ Air
5Lorsban 480 ECChlor PyrifosOrganphosphat100 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah200 ml/liter Solar/Minyak tanah
6Cynoff 25 ULVSipermethrinSintetic pyrethroid400 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanahMurni (100%)
7Seruni 100 ECSipermethrinSintetic pyrethroid120-150 dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah/Air/ per Ha250 ml/ltr Solar/ Minyak tanah/Air
8Cyplus 50 ECSipermethrinSintetic pyrethroid200-250 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah/ per Ha500 ml/ ltr Solar/ Minyak tanah/ Air
9ICON 25 ECLamda SihalothrinSintetic pyrethroid80-100 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah/ per Ha160 ml/ ltr Solar/ Minyak tanah/ Air
10Kenanga 25 ECLamda SihalothrinSintetic pyrethroid75-100 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah/ per Ha150 ml/ ltr Solar/ Minyak tanah/ Air
11SOLFAC 50 ECCifluthrinSintetic pyrethroid75-100 ml dlm 10 ltr Solar/Minyak tanah/ per Ha150 ml/ ltr Solar/ Minyak tanah/ Air
12Able 50 EC  200 ml dlm 10 ltr Solar 
13Lovlan 440 w  525 ml dlm 10 ltr airMurni 100%
Contoh cara membuat campuran insektisida dengan pelarutnya :
1. Misal bahan aktifnya malathion
  • Ambil wadah / jerigen dengan volume 10 literan
  • Takar insektisida sebanyak 500 ml dan tuangkan ke dalam jerigen tersebut diatas
  • Isi jerigen yang telah terisi insektisida tersebut dengan solar sebanyak 10 liter – 500 ml (950 ml/9,5 ltr}
  • Maka jadilah larutan solar campur insektisida sebanyak 10 ltr
  • Larutan ini bisa dipakai untuk area seluas 1 hektar are
2. Misal bahan aktifnya Metil Pirimifos (Actelic 500 EC)
  • Ambil wadah / jerigen dengan volume 10 literan
  • Takar insektisida sebanyak 200 ml dan tuangkan ke dalam jerigen tersebut diatas
  • Isi jerigen yang telah terisi insektisida tersebut dengan solar sebanyak 10 liter – 200 ml (980 ml/9,8 ltr}
  • Maka jadilah larutan solar campur insektisida sebanyak 10 ltr
  • Larutan ini bisa dipakai untuk area seluas 1 hektar are
3. Misal bahan aktifnya Lamda Sihalothrin (Icon 25 EC)
  • Ambil wadah / jerigen dengan volume 10 literan
  • Takar insektisida sebanyak 100 ml dan tuangkan ke dalam jerigen tersebut diatas
  • Isi jerigen yang telah terisi insektisida tersebut dengan solar sebanyak 10 liter – 100 ml (990 ml/9,9 ltr}
  • Maka jadilah larutan solar campur insektisida sebanyak 10 ltr
  • Larutan ini bisa dipakai untuk area seluas 1 hektar are

Tuesday, May 12, 2020

DBD terus meningkat di masa pandemi Covid

Awas, jangan lengah! tren pandemi covid-19 menyita banyak perhatian kita. Jangan sampai kita lalai akan pentingnya melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk mencegah DBD. Hingga minggu ke-18 tahun 2020 ini, jumlah kasus DBD di Kabupaten Tegal mencapai angka 207, dengan 4 kasus kematian. Sejauh ini fogging sudah dilakukan sebanyak 47 titik. Dibandingkan hingga periode yang sama pada tahun lalu, jumlah kasus DBD mencapai angka 197 dengan 1 kasus kematian. 


Kasus DBD tahun ini tersebar di seluruh kecamatan, di 28 wilayah Puskesmas di Kabupaten Tegal. Usia kematian kasus DBD pada tahun ini semuanya adalah anak-anak. Pada akhir tahun 2019. Jumlah desa endemis yang 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD adalah 21 desa. Jumlah desa sporadis yang dalam 3 tahun terakhir terdapat kasus DBD adalah 187 desa. Sementara jumlah desa potensial yang dalam 3 tahun terakhir tidak ada kasus DBD namun ada faktor penular adalalah 79 desa.

Peningkatan kasus ini perlu diwaspadai. Tata laksana kasus DBD di lapangan ada 4, yakni penyuluhan, pemberian larvasida, penggerakan masyarakat untuk melakukan PSN, dan pengasapan (fogging) sesuai kriteria. Dengan adanya masa tanggap darurat Covid-19, tata laksana DBD di lapangan mengalami perubahan protokol. Hal ini mengingat adanya anjuran pada warga untuk tetap dirumah, social dan physical distancing.

Kementerian Kesehatan RI melalui surat edaran nomor HK.02.02/IV/2360/2020, memberikan petunjuk agar kegiatan penyelidikan epidemiolgi DBD tetap dilaksanakan dengan tanpa masuk ke rumah warga. Petugas Puskesmas yang akan melakukan penelusuran kasus diharap untuk melakukan wawancara dengan menggunakan masker dan dilakukan di luar rumah. Pemeriksaan jentik nyamuk pada kontainer-kontainer rumah warga, dilakukan oleh penghuni rumah dengan terlebih dahulu diedukasi mengenai prosedurnya. Kegiatan 1 rumah 1 jumantik pun tetap dianjurkan dilaksanakan dengan prosedur demikian.

Petugas fogging pun diwajibkan menggunakan masker dan menerapkan social distancing. Fogging dilakukan di area sekitar luar rumah untuk menghindari kerumuman warga di luar rumah. Jadi, warga tetap di dalam rumah dengan menutup pintu dan jendela mereka. Pengendalian vektor Dengue di dalam rumah dilaksanakan oleh penghuni rumah dengan PSN dan penyemprotan menggunakan spray/pestisida rumah tangga secara swadaya.

Pandemi Covid, NLR beri bantuan sosial penderita kusta

Tanggap darurat pandemi Covid-19 menganjurkan kita untuk tinggal di rumah saja, mengharuskan kita melakukan social dan physical distancing. Protokol ini berimbas pada banyak hal. Terbatasnya mobilitas fisik membuat roda perekonomian melamban, pelayanan kesehatan berkurang intensitasnya. Tak terkecuali untuk para OYPMK (Orang Yang Pernah Menderita Kusta) di Kabupaten Tegal. Sebelum pandemi saja mereka memiliki banyak keterbatasan dan kondisi sosial ekonomi yang "kurang beruntung". Seperti yatim piatu, ditinggal keluarganya, dikucilkan, menderita cacat Tk. II, tidak bekerja. Ada juga yang masih aktif berobat, mempunyai tambahan penyakit lain seperti kencing manis, gangguan hati, sedang dalam stadium reaksi berat. 

Hal ini membuat NLR (Netherland Leprosy Relief), sebuah NGO (Non Government Organization) asal Belanda untuk program penyakit kusta di Indonesia menginisiasi program bantuan sosial untuk OYPMK yang terdampak pandemi Covid-19. Sebanyak 5 OYPMK yang telah diseleksi mendapatkan bantuan berupa bahan makanan, perlengkapan kesehatan, suplemen kesehatan, dan bantuan uang tunai. Bantuan tersebut langsung diterima oleh OYPMK melalui 5 Puskesmas di Kabupaten Tegal pada awal Mei 2020.  



Dosis MDT kusta pada anak


Lebih tepatnya dosis disesuaikan dengan berat badan. Rifampisin 10 mg/kg/dalam sehari Dapsone 1.5 mg/kg/dalam sehari Clofazimine: 1 mg/kg/ dalam sehari

Sunday, May 3, 2020

Pemeriksaan BTA kusta (Skin Smear)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk konfirmasi kasus kusta. Menjadi pilihan terakhir jika pemeriksaan fisik tidak mendapatkan kepastian namun pasien memiliki resiko kusta. Menjadi pilihan terakhir untuk menentukan type kusta juga jika pemeriksaan fisik meragukan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan kerokan telinga pasien. Di Kabupaten Tegal baru 5 laboratorium Puskesmas yang bisa melakukannya yakni: Puskesmas Adiwerna, Dukuhturi, Kramat, Warureja, Kupu