Bisakah Kab. Tegal Eliminasi kusta di 2019? Memang indikatornya jelas, yaitu prevalensi kusta < 1 per 10 ribu penduduk, namun tentunya angka itu akan terwujud dengan syarat dan ketentuan tertentu, agar status eliminasi bisa dipertahankan. 5 Hal penting untuk eliminasi tersebut, adalah:
1. Bagaimana proporsi cacat tingkat II pada kasus baru
Lihatlah kasus baru yang akan kita temukan. Apakah kasus baru tersebut cacat? jika proporsi cacat tingkat II tinggi pada kasus baru, maka meskipun prevalensi kusta kita berhasil di angka < 1 per 10 ribu penduduk, nanti, bersiaplah angka prevalensi kita akan kembali tinggi.
Dengan tingginya kasus cacat tingkat II pada kasus baru itu artinya kasus tersebut sudah terlambat ditemukan. Keterlambatan rentang waktu penemuan tersebut akan memungkinkan telah menularnya kusta ke orang lain.
Lihatlah kasus baru yang akan kita temukan. Apakah kasus baru tersebut cacat? jika proporsi cacat tingkat II tinggi pada kasus baru, maka meskipun prevalensi kusta kita berhasil di angka < 1 per 10 ribu penduduk, nanti, bersiaplah angka prevalensi kita akan kembali tinggi.
Dengan tingginya kasus cacat tingkat II pada kasus baru itu artinya kasus tersebut sudah terlambat ditemukan. Keterlambatan rentang waktu penemuan tersebut akan memungkinkan telah menularnya kusta ke orang lain.
2. Bagaimana proporsi kasus kusta anak pada kasus baru
Lihat pula kasus baru yang akan kita temukan. Jika proporsi kusta anak tinggi pada kasus baru, menggambarkan masih adanya penular kuman kusta di sekitarnya yang mungkin belum terdeteksi. Dan selama si penular penyakit ini tidak ditemukan dan diobati, maka rantai penularan akan terus berlanjut. Berimbas akan naiknya kembali angka prevalensi.
3. Cakupan pemeriksaan kontak
Siapakah orang yang paling tinggi resiko terpapar penularan kusta? tentunya adalah kontak erat penderita. Mereka yang tinggal terus bersama selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, bisa keluarganya, bisa teman kerjanya atau hubungan lain yang memungkinkan sering bertemu dengan penderita.
Ya, mereka disebut kontak erat. Maka dari itu strategi penemuan kasus baru difokuskan pada pemeriksaan kontak erat, baik kontak erat pasien baru maupun pasien lama. Jika pencarian kasus kita dilakukan pada orang-orang yang jauh dari resiko tertular, wajar jika kita tidak menemukan kasus baru.
4. Kegiatan penemuan kasus aktif atau pasif
Mengapa dalam penemuan kasus baru ada penemuan aktif dan pasif? Apa makna dari semua itu? Sebenarnya penemuan kasus pasif itu mengandalkan kesadaran yang didasari pengetahuan masyarakat tentang ilmu kesehatan, tanda gejala, atau sekedar rasa ingin tahu yang tinggi akan status kesehatan pribadi. Tentunya penemuan kasus pasif akan berbeda pada daerah dan level pendidikan tertentu. Kita tidak bisa mengandalkan penemuan kasus baru dengan datangnya masyarakat atas apa yang dia keluhkan saja. Belum tentu masyarakat sadar periksa, ada kalanya mereka malu, ada kalanya menganggap hal bercak putih mati rasa adalah penyakit kulit biasa yang tidak begitu bermakna.
Penundaan ini yang akhirnya sampai dengan terjadinya penemuan kasus yang terlambat, berefek pada kecacatan, dan yang lebih berbahaya lagi adalah sisi epidemiologisnya, yakni menjadi mata rantai penularan yang tersembunyi.
Jika penemuan pasif kita tinggi, itu bisa berarti dua hal, pertama, artinya promosi kesehatan kita berjalan dengan naiknya level "awareness" masyarakat. Namun siapa sangka hal itu menandakan adanya fenomena gunung es, dimana di lapangan masih lebih banyak kasus yang tersembunyi.
Penundaan ini yang akhirnya sampai dengan terjadinya penemuan kasus yang terlambat, berefek pada kecacatan, dan yang lebih berbahaya lagi adalah sisi epidemiologisnya, yakni menjadi mata rantai penularan yang tersembunyi.
Jika penemuan pasif kita tinggi, itu bisa berarti dua hal, pertama, artinya promosi kesehatan kita berjalan dengan naiknya level "awareness" masyarakat. Namun siapa sangka hal itu menandakan adanya fenomena gunung es, dimana di lapangan masih lebih banyak kasus yang tersembunyi.
Jika penemuan pasif kita rendah, itu pun bisa kita maknai dua hal. Yakni, memang jumlah pasien baru kusta kita menurun, tapi tiada yang tahu bahwa ini pertanda pengetahuan masyarakat kita rendah tentang kusta-meskipun bisa jga pendidikan akademis tinggi.
Maka jelas sudah, bahwa pemeriksaan aktif maupun pasif sama pentingnya. Siapa sih yang bakal mengetahui adanya sebuah bercak di tubuh bagian belakang kita yang sudah dewasa?-misalnya.
Maka jelas sudah, bahwa pemeriksaan aktif maupun pasif sama pentingnya. Siapa sih yang bakal mengetahui adanya sebuah bercak di tubuh bagian belakang kita yang sudah dewasa?-misalnya.
Kesadaran kita akan pentingnya kedua jenis pemeriksaan ini akan membantu terjaganya angka prevalensi. Tentunya, turunnya standar jumlah penemuan kasus baru di daerah kita memang benar-benar tercipta karna telah berkurangnya kasus di masyarakat secara drastis, kelak.
5. Validitas data
Seperti halnya semua program kebijakan, diambil berdasarkan data. Pentingnya data tidak dimungkiri lagi akan mempengaruhi keputusan yang diambil, termasuk Eliminasi Kusta yang sedang kita kejar. Data tidak akan bisa menyembunyikan kenyataan di lapangan. Bisa saja kita bilang bahwa prevalensi kita memang rendah (dengan data abal-abal), maka endapan kasus kusta yang terus meninggi di lapangan akhirnya mencuat juga ke publik. Terlebih, di era keterbukaan informasi ini dimana arus informasi komunikasi itu sendiri tidak bisa kita bendung. Lantas, akankah kita benar-benar eliminasi? dan bisa mempertahankannya selamanya? tergantung bagaimana kita memperhatikan kelima hal tersebut di atas.
Slawi, 20 Agustus 2018
ditulis oleh: Bagus Johan Maulana, SKM
sumber: Materi pertemuan Validasi Data Kusta, Provinsi Jawa Tengah 2018
No comments:
Post a Comment